Bontang, PRANALA.CO — Nur Aisa Ambra — atau yang lebih dikenal dengan nama Aisyah — bercerita tanpa jeda, matanya berbinar. Umurnya baru 22 tahun. Suaranya masih bergetar, entah karena antusias atau kenangan yang berloncatan dalam ingatannya.
Siapa sangka, anak muda dari keluarga sederhana berdarah Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan ini kini melangkah pasti di panggung Dangdut Academy 7 — salah satu kompetisi musik dangdut paling bergengsi di negeri ini.
“Aku baru benar-benar serius nyanyi dangdut sejak 2022,” katanya merendah.
Padahal, jauh sebelum itu, suara Aisyah sudah sering menggema di acara-acara keluarga. Tapi seperti banyak penyanyi kampung lainnya, ia tidak pernah membayangkan suaranya bisa membawa dia sejauh ini.
Lagu pertamanya di panggung?
“Cincin Kepalsuan,” ujarnya sambil tersenyum. Lagu klasik itu menjadi batu loncatannya. Setelahnya, panggung demi panggung ia jajal. Dari Tenggarong, Samarinda, hingga Bontang sendiri. Festival antar kota dan lomba tingkat provinsi sudah jadi makanannya.
“Paling berkesan ya waktu tampil di panggung terbuka, di hadapan ribuan orang. Rasanya deg-degan, tapi sorak sorai mereka bikin aku yakin. Ini jalanku,” kata Aisyah, kali ini matanya menerawang.
Satu nama yang selalu jadi inspirasinya: Lesti Kejora.
“Aku kagum bagaimana Kak Lesti bisa menghayati setiap lagu. Suaranya unik, pembawaannya tulus. Aku belajar dari situ, kalau menyanyi itu bukan cuma soal teknik, tapi soal perasaan,” ujarnya.
Setelah lolos audisi pertama DA 7 di Samarinda, Aisyah kini berlatih intensif bersama coach Ari Armansyah. Latihan vokal tak pernah putus, stamina dijaga lewat bulu tangkis dan joging.
Gaya bernyanyi Aisyah khas. Dangdut klasik ia sentuh dengan improvisasi segar. “Ekspresi itu penting. Aku selalu sesuaikan dengan karakter lagu. Biar penonton ikut merasakan cerita di liriknya,” jelasnya.
Motivasinya sederhana tapi kuat: membahagiakan orang tua dan membawa nama Bontang ke panggung nasional. “Setiap tepuk tangan dari orang tua, teman, warga Bontang, itu energi buatku,” ujarnya.
Aisyah punya mimpi besar. Ia ingin tampil rutin di televisi nasional. Tapi lebih dari itu, ia ingin jadi inspirasi.
“Aku ingin anak-anak muda berani bermimpi. Kalau aku bisa dari Bontang, mereka juga pasti bisa,” tutupnya — senyumnya kali ini lebih lebar, penuh harap. [ZI]
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Discussion about this post