Bontang, PRANALA.CO — Ada yang mengganjal di benak Winardi. Anggota DPRD Kota Bontang itu tak ingin kota industri yang kaya potensi ini terus-terusan menggantungkan hidupnya pada uluran dana dari pusat.
“Kalau pusat batuk, kita bisa demam,” katanya, setengah berkelakar namun dengan nada serius, Rabu (7/5/2025).
Yang dimaksud Winardi adalah struktur keuangan Kota Bontang yang masih berat sebelah. Hingga kini, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bontang masih didominasi Dana Bagi Hasil (DBH) dari pemerintah pusat. Sebuah kondisi yang, menurutnya, tak bisa dibiarkan berlarut-larut.
“Idealnya, Pendapatan Asli Daerah (PAD) bisa menopang 40 sampai 50 persen APBD. Itu baru namanya mandiri fiskal,” jelasnya.
Faktanya, kontribusi PAD Bontang masih jauh di bawah angka itu. Akibatnya, setiap ada fluktuasi DBH—yang bergantung pada pendapatan negara dari sektor tertentu seperti migas—keuangan daerah ikut terguncang. Perencanaan pembangunan pun jadi sulit ditebak arahnya.
Winardi paham, tak mudah memutus ketergantungan ini. Namun, ia mendorong Pemerintah Kota Bontang untuk mulai memperbesar sumber-sumber PAD dari sektor potensial seperti pariwisata, jasa, dan retribusi daerah.
“Kita memang coba kembangkan pariwisata, tapi jangan lupa, Bontang itu kota industri. Pekerjaan rumah kita sekarang bagaimana datangkan lebih banyak investor industri,” ujar politisi PDI Perjuangan ini.
Menurutnya, iklim investasi yang kondusif bisa menjadi kunci. Caranya? Sederhanakan perizinan, berikan insentif bagi investor, dan benahi infrastruktur penunjang.
Selain itu, ia juga menyinggung pentingnya pengelolaan aset daerah yang produktif sebagai salah satu sumber PAD non-pajak yang kerap terabaikan.
“Kita punya keunggulan geografis dan SDM yang mumpuni. Kalau ini diolah serius, kita bisa menarik investor besar dan memperkuat fiskal daerah,” tambahnya.
Winardi menegaskan, ini bukan pekerjaan jangka pendek. Butuh strategi matang, konsistensi, dan keberanian untuk memulai.
“Kalau tidak kita mulai sekarang, Bontang akan terus dalam posisi rentan. Kita tidak boleh nyaman bergantung terus,” pungkasnya. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Tidak ada komentar