pranala.co – Musim pancaroba alias peralihan musim di Indonesia berdampak pada curah hujan tinggi dan cuaca panas tak menentu. Peristiwa itu berdampak pada potensi perkembangbiakan nyamuk demam berdarah dengue alias DBD.
Menukil data Kementerian Kesehatan, sejak Januari 2022 tercatat kasus DBD mencapai 87.501 kasus, dengan 816 kasus berujung kematian. Lebih rinci, kasus paling banyak terjadi pada golongan umur 14-44 tahun sebanyak 38,96 persen dan 5-14 tahun sebanyak 35,61 persen.
Masih data Kemenkes, data tersebut berasal dari 64 kabupaten/kota di 4 provinsi. Keempat provinsi tersebut, antara lain Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Kalimantan Timur.
Saat dikonfirmasi ihwal fenomena itu, Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Bontang dr Toetoek Pribadi, mengimbau warga Bontang melakukan metode lawas. Yaitu, 3M plus. Menutup tempat penampungan air, menguras tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas. Plus menghindari gigitan nyamuk dengan memasang kelambu dan membakar obat nyamuk.
Langkah itu, dia anggap lebih mujarab ketimbang pemerintah melakukan fogging alias pengasapan di rumah penduduk. “Itu langkah paling efisien. Daripada fogging yang ongkosnya lebih mahal,” kata Toetoek, kepada pranala.co, Senin (26/9/2022).
Dia bilang, saat ini Diskes Bontang lebih menggencarkan giat edukasi kepada publik. Terkait kesadaran akan bahaya DBD. Dengan lebih mengedepankan gaya hidup sehat yang dimulai dari lingkungan tempat tinggal.
Pasalnya, bila mengharapkan fogging maka selain beban anggaran kepada pemerintah, masyarakat yang juga dapat mengajukan secara mendiri lebih menguras dompet.
“Karena pakai pengasapan model seperti itu harus pakai pestisida. Selain beban anggaran, fogging juga bahaya untuk hewan ternak bila salah takaran,” terang Eks Plt Direktur RSUD Bontang itu.
Lebih lanjut, Toetoek menjelaskan saat ini Bontang dipilih menjadi pilot project atas percobaan metode baru dalam melenyapkan DBD. Wolbachia Projects, namanya.
Dalam projects itu, secara sederhana Pemerintah bakal menyebar varian nyamuk Wolbachia. Nyamuk itu kemudian akan kawin silang dengan nyamuk aedes yang menyebarkan DBD. Bila berhasil, virus dari nyamuk DBD bakal lumpuh, kemudian tidak dapat lagi menyebarkan demam berdarah.
Demi memantapkan program itu, Diskes Bontang berencana melakukan studi banding ke Jogjakarta. Bila langkah beaar itu berhasil, ia memastikan pola penanganan akan berbeda. Sudah tidak mengandalkan fogging dan menabur abate.
“Bila nyamuk Aedes Aegepty kawin dan menelurkan jentik. Nanti jentik itu akan ber-wolbachia. Bontang dipilih dalam pilot projek ini,” jelas dia.
Meski begitu, sementara waktu pemerintah tetap mengandalkan fogging. Akan tetapi, lokasi penyemprotan akan lebih diseleksi. Tidak hanya berdasarkan laporan warga.
Secara teknis, lokasi virus nyamuk DBD yang mulai menyebar di pukul 08.00 pagi itu, akan dipantau dengan seksama oleh petugas dinkes. Misalnya, sekolah maupun lokasi rawan lainnya.
“Yang lebih kami tekankan itu, terkait pantauan mandiri masyarakat. Dengan memastikan proses 3M plus dilakukan,” imbau dia. (*)
Discussion about this post