pranala.co – Warga Bontang Ramai-Ramai ke Pegadaian demi Bertahan Hidup. Pandemi Covid-19 memberi dampak ekonomi yang cukup signifikan. Masyarakat pun harus memutar otak untuk tetap mampu bertahan di tengah situasi ekonomi tak menentu.
Di Bontang, Kalimantan Timur, menggadaikan barang berharga menjadi salah satu opsi. Kepala Cabang Pegadaian Syariah Bontang, Baharuddin Ende mengatakan tren masyarakat menggadaikan barangnya berupa emas, elektronik, dan surat berharganya pada tahun 2020 meningkat sekira 15-20 persen. Meski di tahun 2021 mengalami penurunan sekira 10 persen.
“Karena di Agustus-Desember 2020 kan memang harga emas itu meningkat. Tahun 2021 stabil lagi,” ucapnya ditemui di Kantor Pegadaian Syariah Cabang Bontang, tepat di Simpang Tiga Ramayana Bontang, Jumat (13/8)
Namun menjadi persoalan, kata Bahar, sebagian nasabah justru tak mampu menebus kembali jaminannya. Di tahun 2020-2021 jumlah nasabah dari 4 outlet yang ada di Bontang, terdapat sekitar 8.500 orang dengan surat barang jaminan sekitar 10.000 potong. Dari jumlah itu, terdapat sekitar 200-300 potong surat jaminan barang yang masuk ke tahap lelang. Padahal kata Bahar, tahap itu merupakan alternatif akhir untuk para nasabah jika tak mampu menebus.
Pasalnya limit waktu untuk menjamin barang, diberikan hingga 4 bulan. Jika belum mampu menebus selama itu, nasabah diperbolehkan melanjutkan ke akad baru, dengan cara membayar biaya titip barangnya, hingga 4 bulan mendatang.
Namun, banyak nasabah yang pasrah dan merelakan barangnya masuk dalam tahap lelang. Biasanya mereka adalah pedagang-pedagang kecil yang tak mampu memutar roda ekonominya. Alasannya, pembatasan kegiatan masyarakat yang membuat penghasilannya ikut terbatas.
“Di tahun 2019 itu bisa mencapai Rp 57 miliar dari jumlah dana yang dikembalikan, satu tahun belakangan menurun tidak sampai Rp 50 miliar. Dan yang terlelang itu cuma sekira Rp 3 miliar,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Baharuddin mengungkapkan tak hanya gadai emas yang mengalami kendala, nasabah khusus untuk modal UMKM juga kini kian menurun. Bahar menilai di tengah pandemi seperti sekarang ini, banyak yang berhati-hati untuk memutuskan membuka usaha.
Selain itu, untuk pelaku UMKM yang sudah meminjam modal pun juga sering terkendala saat pembayaran angsuran. Alasannya juga hampir sama, modal lebih lambat berputar, karena pembatasan jam malam juga kegiatan lainnya.
“Di 2021 peminjam tidak hanya 100-an nasabah. Banyak yang sudah lunas misalnya, tidak mengambil pinjaman lagi,” tutupnya. (*)
Discussion about this post