BONTANG – Rencana pembangunan pelabuhan di Kawasan Peruntukan Industri (KPI) Bontang Lestari mulai menarik perhatian investor besar. Salah satunya adalah PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang kepelabuhanan. Meski demikian, sejumlah kendala masih menjadi penghambat utama dalam merealisasikan proyek strategis ini.
Kepala Bidang Penanaman Modal Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Bontang, Karel, mengungkapkan bahwa Pelindo telah menunjukkan minat serius untuk terlibat dalam pembangunan pelabuhan tersebut.
“Dalam rapat yang digelar Selasa (18/3/2025), Pelindo menyatakan ketertarikan mereka. Namun, kepastian lokasi menjadi kendala utama yang perlu diselesaikan,” ujarnya, Jumat (21/3/2025).
Masalah Lahan Jadi Kendala Utama
Menurut Karel, persoalan utama yang menghambat kemajuan proyek adalah ketidakjelasan titik lokasi pelabuhan. Sebagian lahan di kawasan tersebut telah dibebaskan oleh PT Kawasan Industri Bontang (KIB), sehingga memerlukan koordinasi lebih lanjut agar tidak terjadi tumpang tindih.
“Kami masih membutuhkan pembahasan lebih lanjut dengan KIB. Saat ini, lokasi yang paling memungkinkan berada di daerah Lok Tunggul,” jelas Kepala Bidang Penanaman Modal DPMPTSP Bontang, Karel.
Pemerintah Kota Bontang menegaskan pentingnya penyelesaian masalah lahan ini sebagai langkah awal untuk merealisasikan pembangunan pelabuhan. Jika tidak ada kepastian lahan, investor sulit mengambil keputusan untuk menanamkan modal.
Akses Transportasi Jadi Tantangan
Selain persoalan lahan, Karel juga menyoroti keterbatasan infrastruktur transportasi darat sebagai kendala berikutnya. Akses jalan dari Samarinda ke Bontang dinilai belum optimal untuk mendukung arus logistik menuju pelabuhan.
“Kami ingin mempromosikan kawasan industri ini, tetapi infrastruktur pendukungnya belum memadai. Pembangunan tol Samarinda-Bontang dan jalan kelas industri menjadi faktor kunci menarik minat investor,” tegasnya.
Ia menambahkan, tanpa akses transportasi yang baik, realisasi pembangunan pelabuhan akan sulit terlaksana dalam waktu dekat. Infrastruktur yang memadai dinilai sangat penting untuk memperlancar arus barang dari dan ke kawasan industri.
Karel menjelaskan bahwa skema investasi dari sektor swasta dianggap kurang memungkinkan karena perhitungan break-even point (BEP) atau pengembalian modal dinilai sulit tercapai. Oleh karena itu, keterlibatan BUMN seperti Pelindo menjadi pilihan yang lebih realistis.
“Kalau hanya mengandalkan swasta, sulit tercapai karena risiko besar dan waktu pengembalian investasi yang panjang. Maka, kehadiran Pelindo menjadi peluang besar bagi kami,” paparnya.
Pihaknya berkomitmen untuk terus berkoordinasi dengan KIB dan instansi terkait guna memastikan proyek pembangunan pelabuhan di KPI Bontang Lestari berjalan sesuai rencana.
“Kami akan mendorong percepatan penyelesaian masalah lahan dan berkomunikasi intensif dengan Pelindo serta pihak terkait lainnya agar proyek ini bisa segera direalisasikan,” pungkasnya. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Discussion about this post