BONTANG – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kota Bontang kembali menunjukkan komitmennya dalam memajukan literasi di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Dalam upaya meningkatkan kualitas pengelolaan perpustakaan, DPK Bontang menyelenggarakan Pelatihan Pengelolaan dan Program Inklusi Perpustakaan 2024 yang digelar di Ballroom Meranti E Hotel Grand Mutiara, Bontang Barat, Senin (9/9/2024) pagi.
Kegiatan ini secara resmi dibuka Asisten Bidang Administrasi Umum Sekretariat Kota Bontang, Ahmad Suharto, yang mewakili Wali Kota Bontang. Dalam sambutannya, Suharto menegaskan pentingnya penguatan literasi melalui perpustakaan untuk menjawab tantangan era digital yang semakin berkembang pesat.
Retno Febriarianti, Kepala DPK Bontang, dalam laporannya menyatakan bahwa peningkatan kualitas perpustakaan harus dibarengi dengan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang memadai.
“Sinergi antara perpustakaan kelurahan, sekolah, dan Dinas Perpustakaan menjadi kunci dalam mewujudkan perpustakaan berbasis inklusi sosial,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya peran Pemerintah Kota Bontang dalam mendukung perpustakaan di tingkat sekolah maupun kelurahan. Menurut Retno, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pustakawan di Bontang agar mampu menghadapi tantangan literasi di tingkat kabupaten/kota.
Pelatihan ini melibatkan lebih dari 100 pustakawan dari berbagai perpustakaan di kecamatan, kelurahan, serta sekolah-sekolah di Bontang, termasuk SD, SMP, dan Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Materi pelatihan disampaikan Agung Wibawa, pustakawan dari Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, yang dikenal berhasil mengelola perpustakaan dan menarik minat masyarakat setempat.
Dalam sambutannya, Wali Kota Bontang yang dibacakan Ahmad Suharto, mengajak para peserta belajar dari keberhasilan Gunung Kidul dalam mengelola perpustakaan yang inklusif dan berbasis sosial.
“Kita bisa mengambil inspirasi dari Gunung Kidul untuk diterapkan di Bontang agar perpustakaan kita semakin berkembang dan relevan di era digital ini,” ujarnya.
Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peserta dalam pengelolaan perpustakaan yang mampu menjawab tantangan zaman. Dengan kemampuan memilah dan memilih informasi yang tepat, perpustakaan dapat menjadi pusat literasi sekaligus pusat inklusi sosial di Kota Bontang.
Pemerintah berharap perpustakaan di Bontang mampu seimbang antara literasi dan kearsipan, serta menjadi pusat edukasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Agung Wibawa, dalam materinya, membagikan tips bagaimana perpustakaan di Gunung Kidul berhasil menarik minat pengunjung melalui berbagai reformasi dan inovasi yang relevan dengan perkembangan teknologi digital.
Dengan terlaksananya pelatihan ini, DPK Kota Bontang berharap perpustakaan di kota tersebut semakin berkembang menjadi pusat kegiatan sosial inklusif yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Keberhasilan ini diharapkan dapat memperkuat literasi dan membudayakan kecintaan terhadap perpustakaan di Kota Bontang. (*)
Discussion about this post