SAMARINDA – Pustakawan telah lama menjadi pahlawan tanpa tanda jasa dalam memperkuat literasi di tengah masyarakat. Mereka bukan sekadar penjaga buku, tetapi juga penggerak utama dalam mengembangkan minat baca dan pengetahuan masyarakat.
Di Kalimantan Timur (Kaltim), peran pustakawan semakin luas dengan pendampingan pencarian informasi, edukasi digital, hingga advokasi literasi di era digital saat ini.
“Pustakawan adalah profesi. Seseorang dapat dikatakan pustakawan ketika ia memiliki kompetensi, yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Tugas pokoknya meliputi pelayanan perpustakaan hingga pengembangan seperti mengkaji dan menganalisis,” ujar Hana Iriana, Kepala Bidang Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran Membaca (P3KM) Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kalimantan Timur, dalam sebuah acara televisi di Kaltim, Senin 8 Juli 2024.
Di Indonesia, peran pustakawan semakin diakui sebagai agen perubahan dalam mendukung pembangunan literasi nasional. Mereka bertanggung jawab menghubungkan masyarakat dengan berbagai sumber pengetahuan yang ada di perpustakaan.
Salah satu upaya mereka adalah mengorganisir program-program literasi yang bertujuan meningkatkan minat baca dan keterampilan literasi masyarakat dari berbagai kalangan usia. Program ini tidak hanya berlangsung di perpustakaan, tetapi juga di sekolah, komunitas, dan tempat umum lainnya.
“Bentuk upaya kita meningkatkan literasi tentunya tidak bisa dilakukan sendiri. Kami (DPK Kaltim) juga aktif berkolaborasi dengan berbagai pihak termasuk Ikatan Pustakawan Indonesia khususnya yang berada di wilayah Kaltim,” tambah Hana.
Sayangnya, jumlah pustakawan di Indonesia masih sangat minim. Di Kalimantan Timur, hanya dua pustakawan yang terdata memiliki pendidikan dan sertifikasi yang memadai. Hana menegaskan perlunya dorongan agar semakin banyak masyarakat tertarik pada bidang ini.
“Jumlah pustakawan masih sangat sedikit, yaitu 1.57% dari kebutuhan. Di Kalimantan Timur, hanya tercatat dua orang pustakawan yang benar-benar memiliki kompetensi. Hal ini harapannya dapat ditingkatkan karena kebutuhan pustakawan kita lebih banyak dari itu,” imbuh Hana.
Masalah ini juga menjadi perhatian nasional dan akan dibahas pada RAKORNAS tahun 2024. Data Perpusnas tahun 2023 menunjukkan jumlah pustakawan di seluruh Indonesia baru mencapai 3.895 orang, sementara kebutuhan tenaga pustakawan mencapai 439.680 orang yang tersebar di berbagai jenis perpustakaan di daerah.
Menjawab Tantangan Era Digital
Di era digital, peran pustakawan dalam membangun literasi semakin krusial. Dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk meningkatkan jumlah dan kompetensi pustakawan di seluruh Indonesia, sehingga upaya bersama dalam meningkatkan literasi bangsa dapat tercapai.
Dengan dedikasi dan kompetensi yang terus ditingkatkan, pustakawan diharapkan mampu menjawab tantangan era digital dan menjadi garda terdepan dalam membangun masyarakat yang literat. Mari dukung dan apresiasi peran mereka dalam mencerdaskan bangsa! (cpy/pt)
*) Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Discussion about this post