PRANALA.CO, Samarinda – Menyusul penarikan jajanan impor asal China, Latiao, dari pasaran oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI akibat kontaminasi bakteri Bacillus cereus, Dinas Kesehatan Kalimantan Timur (Diskes Kaltim) memastikan belum ada laporan kasus keracunan terkait produk tersebut di wilayah Kaltim.
“Hingga saat ini tidak ada laporan kasus keracunan makanan impor di Kaltim. Meski demikian, kami tetap meningkatkan pengawasan agar kejadian serupa tidak terjadi di wilayah ini,” ujar Kepala Diskes Kaltim, Jaya Mualimin, belum lama ini.
Bakteri Bacillus cereus diketahui dapat menghasilkan racun yang menyerang sistem saraf, menyebabkan gejala seperti mual, muntah, diare, hingga sesak napas. Produk yang terkontaminasi bakteri ini diduga menjadi penyebab beberapa Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan di sejumlah daerah di Indonesia.
Sebagai upaya pencegahan, Diskes Kaltim terus memperkuat pengawasan terhadap peredaran makanan di wilayahnya. Langkah ini diambil untuk memastikan masyarakat tetap aman dari risiko kesehatan akibat kontaminasi bakteri berbahaya.
Dalam menghadapi potensi ancaman kesehatan, Dinkes Kaltim mengandalkan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) atau Early Warning Alert Response System (EWARS). Sistem ini memungkinkan pihak dinas untuk mendeteksi dan merespons lebih cepat jika terjadi kasus yang berpotensi menjadi wabah atau KLB, termasuk keracunan makanan.
“SKDR memungkinkan kami untuk mendeteksi dan merespons lebih cepat jika terjadi kasus yang berpotensi menjadi wabah atau KLB, termasuk keracunan makanan,” jelas Jaya.
SKDR/EWARS dirancang untuk memantau penyakit menular, risiko makanan, serta kondisi lingkungan yang dapat memicu masalah kesehatan masyarakat. Dengan teknologi ini, Dinkes Kaltim optimistis mampu menjaga keamanan pangan dan mencegah ancaman kesehatan di wilayah Kaltim.
Diskes Kaltim berkomitmen untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi berbagai potensi risiko kesehatan. Jaya Mualimin memastikan bahwa seluruh langkah pengawasan akan dilakukan secara maksimal untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang mungkin timbul akibat makanan yang tidak aman.
“Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan dan memastikan masyarakat Kaltim terlindungi dari potensi bahaya kesehatan,” tegasnya. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Discussion about this post