Bontang, PRANALA.CO — Pagi itu, Sabtu 10 Mei 2025, tak ada yang lebih segar dari barisan terong ungu yang berkilau, kangkung yang masih basah embun, dan bayam yang tampak ranum di halaman dalam Lapas Kelas IIA Bontang. Bukan di ladang, bukan pula di kebun warga, tapi di balik pagar besi yang dijaga ketat.
Kalapas Bontang, Suranto, berdiri di tengah hamparan sayur itu. Bersama Kepala Seksi Kegiatan Kerja, Adi Sukatno, dan jajarannya, ia memulai panen. Hasilnya tidak main-main — 30 kilogram terong, 20 kilogram kangkung, dan 10 kilogram bayam. Total 60 kilogram sayuran segar dipetik langsung oleh tangan-tangan warga binaan.
“Ini bukan hanya panen sayur. Ini panen kemandirian,” kata Suranto sambil tersenyum.
Program Ketahanan Pangan ini, menurutnya, bukan sekadar memenuhi kebutuhan dapur Lapas. Tapi lebih dari itu — ini cara untuk mengasah keterampilan hidup warga binaan.
Program ini juga merupakan bagian dari Program Akselerasi yang dicanangkan oleh Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan RI, Agus Andrianto. Visi besar yang sederhana: lapas jangan hanya jadi tempat hukuman, tapi juga tempat pembinaan dan produktivitas.
Suranto paham betul, membina warga binaan tidak cukup dengan ceramah dan disiplin. Harus ada kegiatan yang nyata.
“Kami berkomitmen untuk terus menjalankan program-program produktif yang memberi manfaat, baik bagi warga binaan maupun masyarakat luas,” ujarnya.
Hasil panen tidak hanya dikonsumsi oleh para penghuni Lapas. Sebagian juga disiapkan untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan di luar tembok penjara.
“Apa yang kami tanam di sini, bisa ikut memberi makan mereka yang ada di luar sana,” tambahnya.
Di Lapas Bontang, ketahanan pangan bukan jargon. Ini langkah konkret untuk mewujudkan lembaga pemasyarakatan yang mandiri, produktif, dan bermanfaat bagi masyarakat. Panen sayur hari ini adalah bukti, bahwa di balik jeruji besi pun, kehidupan bisa tetap tumbuh subur. [RED/RIL]
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Discussion about this post