PRANALA.CO – Memastikan kondisi instalasi listrik maupun peralatan elektronik di rumah tetap stabil memang bukan hal mudah. Memeriksa secara berkala juga sering terlewat. Padahal itu adalah untuk menjamin kenyamanan dan keselamatan dari aliran listrik yang berada di sekitar kita.
Biasanya hanya perusahaan atau instansi dengan penerapan standar safety terbaik yang rutin perawatan. Berbeda dengan kebanyakan menganggap jalur kelistrikan di rumah hunian masih baik-baik saja. Sedangkan, pemakaian peralatan elektronik dan kabel-kabel sudah termakan usia.
Kondisi itu bisa berakbat korsleting. Apalagi jalur kelistrikan dekat dengan benda-benda yang mudah terbakar. Dugaan musibah kebakaran juga tak sedikit dari faktor itu. Langkah termudah, biasanya memanggil jasa para teknisi berpengalaman di bidangnya.
“Berbicara masalah kelistrikan itu banyak. Kadang itu listrik normal tapi voltase-nya enggak stabil. Ada juga yang boros pulsa listrik, kabel sambungan, fitting-an, stop kontak dan lainya paling sering kendor,” terang Suwiji, salah satu teknisi listrik panggilan.
Belum lagi terkadang dijumpai pada pipa pelindung kabel itu kotor dan banyak semutnya. Setrum bisa tak terkendali. Ditambah, letaknya tak terlihat karena di dalam pipa dan tidak mudah dijangkau.
Sedangkan untuk breaker listrik, biasanya bergantung pada kabel juga. Harga murah terkadang yang bisa membuat korsleting. Pemasangan sambungan kabel harus benar-benar rapat dan tak boleh kendor. Sistem solder dan soket bisa jadi solusi.
“Tapi masih sedikit yang mau mengeluarkan biaya berlebih untuk ini. Bukannya mahal, tetapi safety memang yang utama dan terpenting pengerjaannya rapi,” sambungnya.
Jasa teknisi listrik panggilannya pun sering digunakan mereka yang ingin melakukan perbaikan. Juga ketika memasang jalur kelistrikan baru. Sebab biasanya sekali pemasangan instalasi sudah tidak dipanggil kembali.
Satu alasan mungkin karena instalasinya tak bermasalah. Apalagi anjuran untuk melakukan peremajaan atau penggantian kabel instalasi listrik dari PLN Bontang berkisar 10 hingga 15 tahun ke atas.
“Ya kalau teknisi panggilan begini dipanggil ya baru berangkat. Sekadar pengecekan saja biasanya diberi kisaran Rp 50 ribu sampai 100 ribu. Habis itu sudah, lama lagi baru dipanggil,” ucapnya diiringi gelak tawa.
Tawa yang melirih itu pun seakan hanya bisa berlapang dada menerima kemampuan yang dimilikinya tak sesuai dengan kesempatan mendapatkan tumpukan rupiah. Belum lagi harus bersaing dengan lulusan jurusan terkait atau para pekerja terlatih dengan sertifikat.
Terkadang gejolak yang terjadi seputar persaingan tarif nilai jasa. Mereka yang mematok tarif termurah, biasanya akan laris diminati. Meskipun dia juga bisa menerapkannya. Justru pengguna jasanya terkadang tak memberikan rupiah. Tetapi berupa barteran barang yang belum tentu bisa diuangkan.
Sehingga, mau tak mau alih daya kemampuan dan mengerjakan pekerjaan lain pun dilakukan. Demi tetap menghasilkan rupiah. Itupun jika mendapat peluang dan kesempatan dari rekan-rekan terdekat atau pun kenalannya.
“Job listrik sepi, penghasilan enggak ada. Jasa kadang juga ditukar barang bukan uang tunai,” kesannya.**
Discussion about this post