Sangatta, PRANALA.CO – Hujan belum juga reda. Sejak Kamis (8/5/2025) sore, langit Kecamatan Bengalon, Kutai Timur (Kutim), seperti tak lelah menuangkan air. Hasilnya bisa ditebak: banjir.
Tidak main-main, air merendam lima desa di Kutim sekaligus. Desa Sepaso, Sepaso Selatan, Sepaso Timur, Sepaso Barat, dan Tepian Langsat. Semuanya terendam. Dan desa yang paling parah — Sepaso Selatan — airnya sudah sepinggang orang dewasa.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim, Idris Syam, sibuk. Sejak dini hari, teleponnya tidak berhenti berdering. Ia memastikan timnya sudah turun ke lokasi.
“Kami sudah mendirikan tenda pemantauan di beberapa titik, bantuan logistik juga sudah disalurkan untuk warga yang terdampak,” ujar Idris saat saya hubungi, Jumat (9/5/2025).
Dari pantauan BPBD, debit air masih terus naik. Permukaan Sungai Bengalon bahkan sudah melewati batas pengukuran — naik 2 sentimeter dan terus bertambah. Penyebabnya bukan cuma hujan lokal. Ada kiriman air dari wilayah hulu: Muara Wahau, Telan, dan hulu Sungai Bengalon.
“Saat ini status Bengalon kami tetapkan sebagai status waspada,” kata Idris.
Tapi cerita Bengalon tidak berhenti pada air semata. Ada cerita lama yang kini kembali muncul di benak warga. Soal buaya.
Idris tidak lupa mengingatkan. Bengalon memang dikenal sebagai habitat buaya. Dan seperti yang sudah-sudah, saat banjir seperti ini, hewan-hewan itu sering naik ke daratan, mencari makan.
“Kami minta warga berhati-hati. Terutama awasi anak-anak. Buaya sering muncul di saat seperti ini,” pesannya.
Hingga berita ini diturunkan, ratusan warga sudah terdampak. Sebagian besar bertahan di rumah-rumah yang lebih tinggi. Sebagian lain sudah mengungsi ke tenda-tenda darurat.
Banjir memang bukan cerita baru di Kutim. Tapi kombinasi air naik, cuaca ekstrem, dan ancaman buaya — membuat suasana di Bengalon kali ini jauh lebih tegang.
Warga masih menunggu. Air masih naik. Dan langit Bengalon, sampai sore ini, masih muram. [HAF]
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Discussion about this post