Anak 12 Tahun Dikeroyok 7 Remaja di Samarinda, Diduga karena Cemburu dan Ejekan Medsos

Suriadi Said
4 Mei 2025 14:54
2 menit membaca

Samarinda, PRANALA.CO — Seorang bocah perempuan berusia 12 tahun di Samarinda Seberang menjadi korban perundungan brutal yang diduga berawal dari perselisihan di media sosial dan kecemburuan remaja seusianya. Insiden yang terjadi Jumat (2/5/2025) sore itu, sontak membuat warga Kelurahan Tani Aman, Samarinda, Kaltim, geger.

Korban, yang identitasnya dirahasiakan karena masih di bawah umur, dikeroyok di kawasan Folder Perumahan Haji Saleh. Ia dipukul, ditendang, bahkan diinjak-injak sekelompok remaja. Semua terekam dalam sebuah video yang kemudian beredar luas.

Kapolsek Samarinda Seberang, AKP A Baihaki, membenarkan adanya laporan kejadian tersebut. “Kami menerima informasi sekira pukul 14.30 WITA, dan setengah jam kemudian Unit Reskrim langsung ke lokasi,” ungkap Baihaki, Minggu (4/5/2025).

Polisi telah mengamankan sembilan orang remaja yang diduga terlibat. Status mereka saat ini masih sebagai saksi, namun peran masing-masing dalam pengeroyokan sedang didalami.

“Kami juga identifikasi siapa pelaku utama. Tidak semua dalam video terlihat aktif melakukan kekerasan,” jelasnya.

Dugaan motif sementara ada dua. Pertama, perselisihan di media sosial yang berujung pada aksi saling ejek. Kedua, dugaan persoalan asmara, yakni korban dituduh merebut pacar salah satu pelaku.

“Informasi awal, korban dijemput dari rumahnya dan dibawa ke TKP. Hal ini yang sedang kami perjelas,” tegas Baihaki.

Karena baik korban maupun terduga pelaku masih berstatus anak-anak, polisi menegaskan penanganan kasus ini dilakukan secara hati-hati dan mengedepankan prinsip keadilan restoratif, sesuai ketentuan perlindungan anak.

Sementara itu, Junaidi (43), ayah korban, menceritakan bagaimana anaknya dibujuk keluar rumah sebelum akhirnya dikeroyok. “Anak saya sedang duduk di sofa. Ada pesan WhatsApp, lalu ia keluar dan dibawa dua orang. Sampai di lokasi, langsung dipukuli banyak orang,” kisah Junaidi.

Kondisi anaknya kini memprihatinkan, baik fisik maupun psikis. Luka lebam terlihat di kepala belakang, punggung, paha, dan dada. Bahkan, menurut Junaidi, anaknya dipukul menggunakan balok kayu.

“Dia ketakutan dan terus menangis setiap lihat orang. Kami sekarang fokus pemulihan trauma anak dulu. Untuk proses hukum, kami serahkan penuh ke polisi,” tutupnya.

Polisi masih terus melakukan pemeriksaan saksi-saksi dan barang bukti video untuk memperjelas kronologi. Kasus ini menjadi peringatan keras soal dampak perundungan dan konflik remaja yang berawal dari dunia maya namun berakhir dengan kekerasan di dunia nyata. (*)

 

Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami

1 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *