WARGA Guntung masih ramai menolak Rusunawa sebagai tempat karantina penanganan virus Covid-19 atau Virus Corona di Kota Bontang, Kalimantan Timur.
Kebijakan tersebut timbulkan gejolak penolakan warga. Mereka menganggap Rusunawa terlalu dekat dengan permukiman warga. Jaraknya berkisar kurang dari 100 meter.
Selain itu, Pemkot belum ada komitmen jaminan kesehatan dan keamanan bagi warga Guntung yang sehat agar tak terpapar virus. Mereka kebanyakan khawatir potensi terpapar virus Covid-19 atau Virus Corona semakin tinggi bila ODP ( Orang Dalam Pemantauan ) dibawa ke Rusunawa Guntung.
Dari pantauan media, Rusunuwa Guntung dengan beberapa pemukiman warga berjarak kurang dari 100 meter. Akses menuju Rusunawa hanya satu. Jalan tersebut juga digunakan warga Guntung untuk menjalani aktivitas setiap hari.
Kawasan dekat dengan laut membuat masyarakat dapat merasakan hembusan angin laut ke darat. Hal itu juga dikhawatirkan warga apabila Rusunuwa Guntung dijadikan tempat karantina, alih-alih menyelamatkan warga, malah justru membuat penularan semakin meluas.
“Lebih ke arah enggak setuju. Dekat pemukiman warga, apalagi ada sekolahan. Bentar lagi liburnya mereka selesai,” kata Adel, warga RT 17, Guntung, Bontang.
Lebih lanjut, ia berharap pemerintah dapat mencari alternatif tempat selain Rusunuwa Guntung, yang lokasinya jauh dari pemukiman warga.
Sama halnya dengan seorang ibu rumah tangga yang tinggal di RT 04, Iska menyatakan dengan tegas menolak kebijakan pemerintah tersebut.
“Pokoknya intinya enggak setuju. Nanti kita kena imbasnya. Kita gak tahu yang dibawa ke sana positif atau negatif. Intinya kita mencegah memang,” ungkapnya.
Pun demikian dengan Reny warga RT10 Guntung yang juga turut menolak rencana penggunaan Rusunawa Guntung jadi tempat health quarantine virus Covid-19 di Bontang.
“Kalau kami sebagai warga menolak. Kami lebih dekat dengan mereka kalau dijadikan. Kalau bisa jangan di sini. Cari tempat lebih aman dan jauh dari warga. Guntung banyak ibu hamil dan anak-anak. Kalau bisa cari di luar. Kami dari warga Guntung menolak,” ungkapnya.
Bila pun pemerintah tetap bertahan untuk jadikan Rusunuwa sebagai wadah karantina, warga Guntung tak meminta muluk-muluk, selain perhatian dan kepedulian pemerintah.
“Pedulikanlah kami, kalau memang itu jadi. Bantuan masker, hand sanitizer dan obat-obatan kalau ada. Jangan yang diperhatikan yang di karantina saja, tapi warga sini juga,” ujarnya.
Sementara Asti Susanti, warga RT 01 Guntung pun berharap agar dalam penanganan virus Covid-19 di Bontang Kalimantan Timur, pemerintah tak hanya memberikan perhatiannya kepada warga yang sakit, lantaran warga yang sehat juga perlu dijamin keamanan dan kesehatannya.
“Ya, inginnya pemerintah lebih memperhatikan, misal dalam masalah kesehatan. Macam kayak penyemprotan. Maunya perhatikan masalah kesehatan kami, kami, kan, takut juga, walaupun ODP yang dibawa, mana tahu dia positif apa enggak,” ungkapnya.
Dijadikannya rusunuwa Guntung sebagai tempat tampung warga yang terindikasi Virus Corona atau covid-19 menimbulkan pertentangan di masyarakat. Penolakan warga yang sempat terlontar diklaim Pemerintah Kota Bontang sudah terselesaikan.
“Kemarin saya ketemu RT, saya jelaskan masyarakat yang kita karantina ke sana, masyarakat yang sehat,” jelas Sekretaris Daerah Kota Bontang, Aji Erlynawati, Kamis (26/3/2020).
Hanya saja, sebut Aji, warga yang dikarantina di rusunuwa Guntung adalah yang memiliki riwayat perjalanan dari luar Bontang, kemudian memiliki gejala klinis. Nanti akan diindikasikan punya catatan klinis yang rentan imunnya sehingga berpotensi terkontaminasi. Bakal jaga 14 hari, sehingga tak jadi pembawa virus.
Ia menegaskan tak mungkin pemerintah membawa pasien positif covid-19 ke rusunawa Guntung. Lantaran di sana tak ada peralatan medis dan tenaga ahli.
“Kalau konfirm positif tidak mungkin ditaruh di situ, pasti di rumah sakit. Diisolasi itu harus ada dokter yang mengawasi. Alat-alat medis lengkap. Di sini untuk karantina sehat saja, dijaga kesehatannya, jangan keluar, jangan capai,” ujarnya.
Warga yang terindikasi nantinya bakal disehatkan. Diberi makan sehari 3 kali, kemudian diasup gizi agar kembali fit. Apabila setelah 14 hari tak ada catatan klinis, maka diperkenankan kembali ke masyarakat.
“Nanti pun ada yang jaga, mereka yang dikarantina diberi makanan yang sehat supaya kesehatannya tetap terjaga. Kalau sudah 14 hari tidak ada masalah ya sudah pulang,” jelasnya.
Penolakan warga yang sempat timbul tak lain disebabkan lantaran miss informasi. “Karena memang mungkin belum terinformasi dengan benar, komunikasinya belum sampai,” tuturnya. ***
Sumber: Tribun Kaltim
Discussion about this post