BONTANG, pranala.co – Pengecoran jalan di kawasan Stadion Sepak Bola Tanjung Laut (Belakang Gedung Aini Rasyifa), Bontang Selatan, Kalimantan Timur, justru dikeluhkan warga. Bukannya menjadi solusi akses keluar masuk, paket proyek dari provinsi itu justru menambah polemik baru.
Warga sekitar curhat. Sejak proyek itu berjalan 2019 lalu hingga kini sudah rampung, mereka sudah dua kali kebanjiran. Pertama saat proses pengerjaan, kedua kalinya terjadi baru-baru ini.
“Selama ada semenisasi kami justru menderita,” kata salah satu warga RT 24 Tanjung Laut Indah , Erwin Razak kepada rombongan Legislatif dan Eksekutif yang meninjau langsung kawasan itu. Senin (27/9).
Saat banjir masuk, mereka harus mulai memindahkan barang-barang ke tempat lebih tinggi. Apalagi saat banjir masuk secara tiba-tiba pada malam hari. Razak mengatakan, sebelum pengecoran, mereka belum pernah mengalami hal itu. Bahkan setelah tinggal di kawasan perbatasan Kelurahan Tanjung Laut Indah dan Berebas Tengah itu dengan waktu yang cukup lama. Sekira 7 tahun.
Senada dengan Razak, Nurmi (35) Warga RT 55 Kelurahan Berebas Tengah juga merasakan hal sama. Rumahnya berada di dalam gang, dengan kondisi dataran yang cukup rendah dibandingkan rumah lainnya. Saat banjir masuk, tingginya bahkan hampir sepaha orang dewasa. Tak heran, karena menurut warga sekitar di jalanan utama dalam gang saja, banjirnya sudah mencapai betis. Sementara rumah Nurmi lebih rendah dari jalanan utama itu.
Nurmi bercerita, karena banjir itu ia bahkan hampir tertimpa bala. Tepatnya saat banjir air rob yang terjadi baru-baru ini. Kata Nurmi kejadiannya malam hari, saat semua keluarganya terlelap tidur. Air masuk secara tiba-tiba langsung memenuhi penjuru rumah. Beruntung suaminya tersadar dan langsung membangunkan penghuni rumah.
“Hampir mati saya, soalnya colokan (stopkontak) itu di bawah ranjang,” ujar Nurmi.
Bukan hanya itu, air yang masuk pun termasuk kotor. Dari pantauan media ini, kawasan itu memang masih rawa-rawa. Jalan yang di cor berada di sekitar stadion. Jalan itu merupakan akses masuk menuju pemukiman warga yang masih rawa-rawa itu. Meskipun pengecoran tidak menyeluruh hingga masuk ke dalam kawasan pemukiman.
Akses jalan mereka hanya menggunakan jembatan ulin. Rumah warga pun dominan berumah kayu panggung, yang berada di atas rawa-rawa itu. Meski sedang surut, terlihat genangan air yang cukup kotor masih tinggal di bawah rumah-rumah warga.
Sebenarnya jika diamati, sumber utamanya bukan hanya pengecoran itu. Sampah plastik memang terlihat dimana-mana. Hal itu pun diakui warga. Kata mereka kepedulian buang sampah pada tempatnya juga masih menjadi persoalan.
Akhirnya saat air pasang, atau hujan lebat, air yang mengalir harusnya bisa langsung ke pembuangan air yang cukup besar di bawah jembatan Aini Rasyifa. Namun, karena sampah-sampah yang terbawa dari hulu sungai tertahan di kolong-kolong jalan yang dicor.
Kata Ratna (34) sampah yang ada diparit-parit tak hanya berasa dari warga yang bermukim di kawasan itu. Juga melainkan sampah dari pemukiman tembusan jalan itu, (arah Lengkol).
“Jadi bukan cuma warga sini. Masih ada juga dari atas sana yang buang sampah di parit,” ujarnya.
Selain itu, saluran air yang juga menjadi perbatasan Kelurahan Tanjung Laut Indah dan Berebas Tengah, kiri kanannya diberikan turap dengan hanya menggunakan pipa berdiameter sekitar 10-20 cm di sela-sela dinding turap. Sehingga air yang masuk ke bawah kolong warga, saat air pasang atau hujan lebat, akan sulit untuk mengalir ke pembuangan air utama.
Untuk persoalan ini, memang sudah menjadi perhatian. Komisi III DPRD Bontang pun, sudah melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke lokasi. Juga pihak pemerintahan seperti asisten Asisten II Pemkot Bontang, Pihak Kelurahan dan Kecamatan serta Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
Ketua Komisi III DPRD Bontang, Amir Tosina meminta hal ini segera ditindak lanjuti. Ia meminta agar ada solusi alternatif yang bisa dihadirkan oleh pemerintah. Pasalnya, tak mungkin ada pembongkaran infrastruktur yang sudah jadi. Belum lagi pengecoran itu juga membuat akses jalan jauh lebih mudah.
Tak hanya itu, ia juga meminta agar pemerintah kembali menghubungi kontraktor yang bertanggungjawab. Ia menduga masih ada sisa pengerjaan yang belum rampung.
“Saya yakin masih ada sisa kayu di bawah pengecoran itu. Mereka (kontraktor) harus selesaikan itu,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Sanitasi, Air Minum dan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota (PUPRK) Kota Bontang Karel meminta agar ada usulan anggaran baru di perubahan nanti terkait hal ini.
Peruntukkannya, untuk mengangkat sedimentasi dan sampah yang ada di wilayah saluran air. Selain itu ia juga menilai ada faktor alam yang terlibat. Yaitu adanya pendangkalan di hilir sungai dijalur pembuangan air menuju Sungai.
“Kita bisa bikin semacam drainase kanal. Supaya sedimentasinya ditahan dan air bisa mengalir lancar,” jelasnya.
Hal itu juga disetujui oleh Ketua RT 55, Dermawan Darma. Dari pengamatannya, saat banjir di kawasan warga, ujung cor-coran yang di bawahnya merupakan saluran, justru tidak dialiri air. Artinya terdapat sampah yang menyumbat atau ada benda lain yang menghambat saluran ini.
“Kalau enggak dibongkar ya solusinya ditinggikan pak,” ucapnya.
Terakhir, Asisten III Pemkot Bontang, Zulkifli berpendapat hal ini harus secepatnya diselesaikan. Menurutnya seluruh pihak berperan penting menjaga yang telah diberikan oleh pihak provinsi. Yaitu paketan infrastruktur Stadion Sepak Bola Tanjung Laut Indah dan Infrastruktur jalan.
“Setelah diperbaiki nanti, kita minta juga masyarakat agar menjaga lingkungan. Jangan buang sampah sembarangan, ” tandasnya. **
Penulis : Romi Ali Darmawan
Discussion about this post