pranala.co – Pulau Sentinel Utara di Teluk Benggala, India, Samudera Hindia, ditempati oleh penduduk asli Sentinel, atau dikenal sebagai Suku Sentinel.
Suku Sentinel masih menjadi suku yang terisolir. Mereka menolak interaksi apa pun dengan dunia luar dan mempertahankan patroli bersenjata untuk mencegah orang luar masuk ke pulau itu.
Suku yang terdiri dari sekitar 100 anggota itu tetap tak tersentuh oleh masyarakat modern dan bahkan membunuh orang luar yang menjelajah ke sana. Pulau Sentinel dinyatakan sebagai tribal reserve atau cagar suku oleh Pemerintah India pada tahun 1956.
Permusuhan penduduk pulau Sentinel Utara terhadap dunia luar berawal dari tahun 1867 ketika penjelajah Inggris diserang, sebelum Angkatan Laut Kerajaan mengirim regu penyelamat beberapa hari kemudian. Karena hal itu pemerintah India melarang perjalanan dalam jarak 3 mil laut (5,6 kilometer) serta melarang fotografi.
Suku Sentinel disebut sangat menghargai logam dan setelah MV Primrose kandas di Teluk Benggala pada tahun 1981, 50 penduduk pulau Sentinel Utara yang dilengkapi senjata dari menyerbu dan berusaha menjarah besi untuk persenjataan dan bahkan melakukan barter dengan MA Mohammed, pedagang barang bekas yang ditugaskan membongkar kapal tersebut.
Beberapa ekspedisi di dalam dan sekitar pulau Sentinel Utara telah dilakukan sejak tahun 1980-an dan pada tahun 2006. Tercatat dua nelayan India yang perahunya hanyut ke pulau itu, setelah mencoba menangkap kepiting secara ilegal, dibunuh oleh penduduk pulau dengan kapak.
Menengok Kehidupan Suku Sentinel yang Mematikan dan Tak Tersentuh Dunia Modern
Peristiwa terbaru di sekitar pulau itu terjadi pada 2018, ketika John Allen Chau (26) dilaporkan dibunuh oleh Suku Sentinel. Misionaris Kristen Amerika yang mempunyai tujuan untuk mengubah penduduk pulau menjadi Kristen tersebut sempat membayar nelayan lokal untuk membawanya ke pulau.
Ketika mereka pergi tanpa Chau pada kunjungan terakhirnya, mereka melihat penduduk pulau menyeret tubuh Chau dan kemudian melihat tubuh Chau di pantai keesokan harinya.
Chau mencatat pengalamannya dan mengatakan penduduk pulau berkomunikasi dengan ‘banyak suara bernada tinggi’ dan peringatan dari antropolog TM Pandit, yang memimpin ekspedisi ke pulau itu pada tahun 1967, memperingatkan orang untuk menjauh.
Dia memberi tahu Down To Earth: “ Orang-orang suku berada di pantai, menyaksikan kapal datang ke pulau itu,” katanya.
“ Jumlah mereka banyak. Tapi tidak ada reaksi atau kebencian dari mereka. Kami pergi sekitar satu kilometer di dalam hutan.”
Beberapa foto merekam keberadaan pulau itu dan para antropolog memiliki bukti bahwa pulau itu telah menjadi rumah bagi kehidupan manusia setidaknya selama 2.000 tahun. **
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tidak ada komentar