pranala.co – Kota Bontang, Kaltim patut berbangga dengan kiprah Nur Pandi. Nama itu kini sejajar dengan nama beken di pentas nasional, terkhusus olahraga futsal. Sebut saja, Richardinho asal Portugal yang membela tim besutan Atta Halilintar, Pendekar FC. Nama yang mendunia itu, kini menjadi lawan Nur Pandi di Pro League Futsal. Liga kasta tertinggi futsal di Indonesia.
Keren kan. Yap. Ini bukan capaian mudah bagi pria berusia 27 tahun ini meraih posisi pemain inti di tim futsal profesional, Safin FC. Jauh sebelum merasakan bermain di lapangan futsal kelas wahid, Nur Pandi rupanya hanya dikenal sebagai pemain turnamen futsal dari kampung ke kampung.
Saat bercerita perjalanan karir profesionalnya kepada Redaksi Pranala.co, pemilik akun instagram @nurpandi.soppeng banyak mendapatkan pengalaman berharga dari turnamen yang diselenggarakan di Kota Bontang, Kalimantan Timur.
Semua bermula kala dia berseragam Hitrost Bontang. Tim futsal binaan Yassier Arafat, sekaligus Anggota DPRD Bontang ini. Kurun hampir dua tahun, melalui Hitrost inilah dia menyabet banyak medali pelbagai kejuaraan, baik tingkat kota sampai level nasional.
“Karir profesional itu dimulai dari Hitrost, Bang. Dari situ saya dapat banyak pelajaran berharga,” kata dia kepada pranala.co, Jumat (12/8/2022) petang.
Nama Nur Pandi kian santer di jagat mini soccer Bontang. Lalu dia mendapatkan kontrak menjadi pemain futsal oleh tim bentukan perusahaan tambang, Linus FC.
Masuk skuad Linus FC, mengantarkan dia mengenal turnamen amatir di Jakarta. Sayang, saat itu dia gugur di awal gelaran turnamen. Selepas itu, dia memutuskan pulang ke kampung halaman di Soppeng, Sulawesi Selatan.
Tapi rezeki dia sepertinya memang di olahraga futsal. Tak lama menunggu, dia dihubungi Kembali Yassier Arafat untuk mengikuti seleksi PON 2016 di Jawa Barat, mewakili Kalimantan Timur.
“Pesaing saya saat itu banyak pemain liga professional. Saya aja yang anak dari kampung yang coba peruntungan di PON,” ujarnya.
Berbekal pengalaman sebelumnya dan dukungan penuh dari Yassier Arafat, ia berkemas dari Soppeng menuju Samarinda, mewakili Bontang untuk ikut seleksi bersama dengan empat anak Bontang lainnya.
Sadar dengan persaingan yang ketat, Nur Pandi memperkuat mental karena akan tarung skill dengan anak muda dari seluruh kabupaten kota di Kaltim.
“Saya ini orang susah dulu bang. Syukur saat itu ada Kak Yassier yang bantu keuangan saya lewat kantong pribadi,” kenang Nur Pandi.
“Seandainya enggak ada Kak Yassier dan pengurus Afkot Bontang yang lain, saya yakin enggak bisa sampai dalam karir profesional ini bang. Kak Yassier banyak jasanya denga karir saya,” imbuhnya.
Menyingkirkan hampir ratusan calon atlet PON cabor futsal itu. Nur Pandi kemudian mendapatkan kesempatan untuk membawa panji-panji Kaltim ke Jawa Barat.
Meski gagal membawa Kaltim meraih medali PON, namun namanya masuk dalam jejeran lima pemain terbaik PON. 4 gol dia sumbangkan untuk Kaltim saat itu.
Dengan masuknya dia sebagai pemain terbaik, lalu ‘mata’ klub futsal profesional APK Samarinda meliriknya. Dari situ ia mendapatkan kontrak bermain untuk liga nusantara. Yaitu liga di bawah kelas liga profesional.
“Dari situ juga jadi momentum saya bisa dilirik klub professional,” kata dia.
Pengalaman berharga lainnya. Nur Pandi mendapat tiket untuk terbang langsung ke Negeri Sakura Jepang. Berkat namanya lolos bersama 14 nama lain yang masuk dalam skuat PON kontingen Kaltim.
“Saya sempat juga training camp (TC) di Jepang waktu itu bang, sebelum bertanding di PON Jabar,” jelasnya.
Bermain di Liga Nusantara untuk APK Samarinda, karir mentereng Nur Pandi makin terlihat. Meski saat itu ia hanya finis di posisi kedua liga.
Namun , dia berhasil membawa klub asal Samarinda itu promosi ke liga profesional. Meski APK Samarinda diketahui sudah bubar klub dikarenakan ada masalah internal.
“Main di liga nusantara, saya habiskan selama tiga bulan bang,” terangnya.
Setelahnya, ia makin banyak dilirik oleh klub futsal profesional lainnya. Tak tanggung-tanggung tiga klub saat itu berniat meminangnya.
Tak berpikir lama. Dia langsung menerim tawaran bermain untuk klub Halus FC. Sayangnya, pasca-menerima kontrak. Ia hanya bermain sebentar saja untuk klub asal Jakarta itu. Sebab, dia harus menemani sang istri menjalani proses melahirkan.
“Saya memilih keluarga waktu itu bang, istri enggak bisa ditinggalkan. Karena proses lahiran anak pertama,” kata Nur Pandi.
Dua tahun absen bermain futsal. Saat anak semata wayangnya sudah besar. Ia memutuskan untuk kembali ke lapangan matras.
Saat bersamaan dua tawaran kontrak dihadapinya. Yakni, Halus FC dan Safin FC. Dengan tawaran kontrak Safin FC yang lebih menjanjikan, ia memilih klub asal Pati Jawa Tengah itu untuk memakai jasanya.
“Cukup berat sebenarnya dua pilihan itu, tapi saya putuskan untuk masuk ke Safin FC,” tutur pemuda yang dahulu tinggal di Bontang Baru itu.
Kesejahteraan Pemain Profesional Futsal jadi Pilihan
Pria kelahiran Soppeng, 1 November 1994 itu, memilih berkarir sebagai pemain profesional futsal merupakan pilihan tepat.
Nur Pandi bilang, sistem kontrak player futsal saat ini sudah berbeda dengan sebelumnya. Tidak ada lagi pemain dibayar per pertandingan. Sehingga kontrak layaknya pemain bola profesional, yakni selama satu musim pertandingan.
Saat disinggung jumlah nominal, ia enggan menyebutkan. Karena penyebutan itu pun tertuang di dalam kontak. “Cuman yang jelas bisa menghidupi keluarga saya lah bang,” jawab dia.
Selain gaji sebagai pemain, ia mengaku mendapatkan tambahan penghasilan melalui bonus setiap kali pertandingan. Nominalnya dapat menambah jumlah debit dalam rekening pribadinya.
“Apalagi kalau berangkat itu pasti ada bonusnya juga bang,” tutur dia.
Dengan jumlah raihan penghasilan yang ia dapatkan, selain istri ia juga mendapatkan dukungan penuh lewat orangtua. Meski di awal karirnya, kedua orangtuanya sempat tak merestui hobinya tersebut.
Bahkan, dia di suruh menjadi karyawan salah satu perusahaan di Bontang. Sempat menjalani proses menjadi karyawan, lantas ia memilih untuk berkarir di futsal secara profesional.
“Sempat disuruh jadi karyawan, enggak lama bekerja, saya berhenti dan lanjut menekuni futsa,” kata dia.
Sampai akhirnya, dukungan orangtua pun sepenuhnya datang. Itu usai melihat prestasinya yang kini sudah sejahtera melalui hobi yang ia tekuni sejak duduk di bangku sekolah dasar.
“Sekarang sudah didukung penuh, karena melihat prospek ke depan,” ujarnya.
Potensi Bibit Muda Bontang di Mata Nur Pandi
Bertemu tatap muka di lapangan berukuran 42×25 meter, Nur Pandi menerima tantangan pemain internasional Richardinho.
Saat itu ia kalah melawan Pendekar FC. Namun, satu hal yang ia yakini mental anak daerah tidak pernah kendor untuk melawan siapapun di hadapannya.
“Tentu kalo main di liga profesional kita bertemu dengan pemain kelas dunia. Itu pengalaman yang tak terlupakan,” kenang dia.
Pengalaman itu lah yang ia harapkan agar dapat dirasakan juga talenta muda lokal Bontang. Dia yakin banyak bibit muda di Kota Taman bisa meraih prestasi ke kancah nasional. Bahkan, bisa bermain di tingkat internasional.
Saat ini, ia juga sudah membangun akademi Futsal. Ia beri nama Futsal Academy Selecao. Kini, memiliki member ratusan bibit muda yang bakal dipersiapkan untuk unjuk gigi ke kancah profesional.
Mendirikan itu ia tak sendirian. Ia dibantu rekannya Yunus Budiman yang posisinya di Bontang. Latihan rutin, akademi besutannya memakai lapangan futsal di FA Futsal dan Hitrost.
“Latihannya hari-hari di dua lapangan itu,” jelasnya. (*)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Pranala.co. Mari bergabung di Grup Telegram “PRANALA.co”, caranya klik link https://t.me/pranaladotco , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Discussion about this post