Pranala.co, SAMARINDA – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) serius menggarap program rintisan Sekolah Rakyat di Samarinda, dengan fokus utama pada jumlah kelas yang akan menampung anak-anak dari keluarga miskin ekstrem. Sebanyak 11 kelas akan dibuka di tiga lokasi rintisan untuk tahun ajaran 2025-2026.
Kepala Dinas Sosial Kaltim, Andi Muhammad Ishak, menjelaskan rincian kelas yang akan tersedia. Di Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP), akan ada dua kelas SMP dan dua kelas SMA, dengan target total 100 siswa.
“Lalu, Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) atau dulunya BLK di Jalan Untung Suropati, Samarinda, akan dimanfaatkan untuk dua kelas SD, satu kelas SMP, dan satu kelas SMA,” lanjutnya di Samarinda, Jumat (4/7/2025).
Terakhir, SMA Negeri 16 Samarinda akan menjadi lokasi rintisan dengan dua kelas SD dan satu kelas SMA. Ketiga lokasi rintisan ini tidak hanya berfungsi sebagai sekolah, tetapi juga dilengkapi dengan fasilitas asrama untuk para siswa.
Perekrutan siswa akan diprioritaskan bagi mereka yang masuk dalam desil 1 dan 2 Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Andi Muhammad Ishak mengimbau masyarakat untuk tidak ragu mendaftarkan anak-anaknya, mengingat program ini sepenuhnya didanai oleh pemerintah pusat.
Pemanfaatan sarana yang sudah ada di Samarinda menjadi langkah awal sebelum pembangunan sekolah permanen.
Selain rintisan, pembangunan Sekolah Rakyat permanen dengan kapasitas lebih besar juga akan segera dimulai. Lokasi di sekitar Stadion Utama Palaran Samarinda telah siap dan akan mulai dibangun pada Juli 2025. Sekolah permanen ini dirancang untuk menampung 1.000 siswa dari jenjang SD, SMP, hingga SMA, dengan estimasi biaya sekitar Rp210 miliar.
Beberapa kabupaten/kota lain seperti Paser dan Kutai Timur juga sedang dalam proses pengusulan lahan. Pemerintah Provinsi Kaltim sendiri mengusulkan lokasi di Bukit Biru, Tenggarong.
Program Sekolah Rakyat ini bertujuan untuk memberikan pendidikan formal berkualitas, karakter, kepemimpinan, nasionalisme, dan spiritual kepada anak-anak dari keluarga miskin ekstrem, dengan harapan dapat memutus mata rantai kemiskinan.
Tidak ada komentar