pranala.co, SAMARINDA – Kota Samarinda, Kalimantan Timur memulai proses belajar mengajar tatap muka, Senin (8/3). Sebelum mengambil kebijakan ini tentu ada rapat bersama dengan orang tua. Dan semuanya sepakat dengan ihwal tersebut. Maklum saja nyaris setahun pelajar Samarinda belajar dari rumah gara-gara virus corona atau COVID-19.
“Alhamdulillah semuanya berjalan baik hari ini,” ucap Asli Nuryadin, Kepala Dinas Pendidikan Samarinda.
Informasi dihimpun, total ada empat sekolah yang memulai sekolah tatap muka di Samarinda, yakni SMP 42 di Berambai, Samarinda Utara, SD serta SMP Islamic Center, dan terakhir SMP Nabil Husein.
Nantinya ada 10 pusat pendidikan lagi yang bakal menyusul program sekolah tangguh COVID-19. Dengan kata lain ada 14 sekolah di ibu kota Kaltim ini yang lebih awal memulai proses pembelajaran tatap wajah. Masih ada 298 SD-SMP di Kota Tepian yang menanti hal serupa.
“Ya, kami akan rutin melakukan pemeriksaan,” imbuhnya.
Wajar demikian, situasi penyebaran COVID-19 di Samarinda memang belum terkendali. Statusnya pun masih zona merah. Pasalnya kota ini masih merawat 787 pasien aktif positif corona. Sementara akumulasi pasien positif sudah mencapai 11.072 kasus dengan 9.999 pasien sudah alami kesembuhan.
Sayangnya 286 di antaranya tak bisa diselamatkan. Sebelumnya sejumlah guru sudah jalani vaksinasi COVID-19. Tak hanya itu, jumlah murid yang ikut sekolah tatap muka juga dibatasi, pun demikian waktunya.
“Pembelajaran tatap muka akan dimulai bertahap,” sebutnya.
Dia menambahkan, proses belajar sekolah tatap muka ini berjalan dengan dua kelompok dengan durasi masing-masing dua jam. Khusus siswa PAUD dalam kelas hanya ada 5 murid saja, sementara SD dan SMP maksimal 18 orang.
Sehingga konsekuensinya memakai sistem shift. Jadi di dalam kurikulum dibenarkan dari misalnya satu mata pelajaran dua kali 45 menit menjadi 45 menit saja.
“Terpenting anak-anak kita bisa happy dulu, suasana kejenuhan bisa terobati,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur, Anwar Sanusi, yang membawahi SMA dan SMK sederajat, mengatakan hingga saat ini belum ada sekolah yang memulai pembelajaran tatap muka di Kaltim.
“Untuk provinsi belum ada, kami mengikuti anjuran dari Pak Gubernur,” ujar Anwar.
Namun, beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang sedang melakukan ujian praktik, diizinkan melakukan ujian dengan tatap muka dengan prokes ketat. Hal ini mempertimbangkan ujian yang tidak bisa dilakukan secara online.
“Yang sekarang lagi uji kompetensi untuk SMK itu terjadwal, untuk satu hari 5-10 anak. Itu pun berlangsung dengan protokol ketat. Tapi kalau SMA tidak ada pertemuan tatap muka, sehingga masih berlangsung pembelajaran online,” katanya.
[DN]
Discussion about this post