Bontang, PRANALA.CO – Di tengah geliat ekonomi Kota Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim) yang mulai terasa getarannya pasca-pandemi, ada satu dinas yang tak hanya duduk di balik meja. Mereka turun ke lapangan. Menyapa. Mendampingi. Bahkan mengetik langsung bersama pelaku usaha yang bingung dengan laporan digital.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Bontang, namanya. Yang mereka kejar bukan pajak. Bukan sanksi. Tapi kesadaran. Soal pentingnya Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM)—sebuah kewajiban administratif yang kerap dianggap beban, terutama bagi pelaku usaha kecil dan menengah. Tapi di tangan mereka, LKPM berubah jadi cerita pendampingan yang manusiawi.
“Kami datang langsung ke tempat usaha. Duduk bersama. Nyalakan laptop. Dan kami ajarkan pelan-pelan,” ujar Karel, Analis Kebijakan Ahli Madya DPMPTSP Bontang, saat ditemui pekan lalu.
Bukan hanya jargon “jemput bola” yang mereka gembar-gemborkan. Mereka betul-betul menyasar usaha mikro, kecil, hingga menengah dan besar. Semua diajak. Semua dirangkul. Tak ada istilah “pelaku usaha kecil, ya biarin aja.”
Di lapangan, operator-operator DPMPTSP Bontang bahkan mempraktikkan langsung pengisian LKPM di sistem OSS (Online Single Submission). Tak hanya memberi petunjuk lisan, mereka betul-betul menjadi mitra digital bagi pelaku usaha.
“Yang penting bukan hanya laporannya masuk. Tapi pelaku usaha paham. Jadi lain waktu, mereka bisa isi sendiri. Atau minimal tahu kenapa itu penting,” jelas Karel.
Menurut dia, dari tahun 2022 hingga 2024, tingkat partisipasi pelaporan LKPM di Bontang meningkat signifikan. Dan itu bukan karena surat edaran. Tapi karena pendekatan manusia ke manusia. Sebuah strategi yang mungkin terlupa di era semua serba sistem.
Karel juga menyinggung soal posisi strategis Bontang. Kota ini tidak hanya dikenal sebagai rumah industri petrokimia besar, tapi juga perlahan bertransformasi sebagai penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN). Maka, data investasi—termasuk dari LKPM—menjadi vital sebagai landasan arah pembangunan daerah.
“Apalagi kami juga terus berkoordinasi dengan Kementerian Investasi dan Pemerintah Provinsi. Ini bukan kerja lokal. Tapi bagian dari orkestrasi besar menjadikan Bontang sebagai kota investasi yang prospektif,” katanya.
Meningkatnya angka realisasi investasi tentu menggembirakan. Tapi bagi DPMPTSP, angka bukan tujuan akhir. Mereka ingin setiap laporan yang masuk mewakili satu kisah: tentang usaha kecil yang bertahan, tentang usaha baru yang tumbuh, dan tentang usaha besar yang tetap peduli pada kewajiban.
Maka tak heran jika Karel optimistis. “Dengan pendampingan yang terus kami lakukan, saya yakin, investasi di Bontang bukan cuma soal nominal, tapi juga soal nilai,” ucapnya. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Discussion about this post