Bontang, PRANALA.CO – Kota ini dulu dikenal kaku. Pabrik. Industri. Tapi kini, Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim) mulai menyelipkan napas baru. UMKM. Batik. Pempek. Cake. Bahkan, startup digital.
Angkanya bicara: pada 2021, UMKM di Bontang berjumlah 16.929 unit. Tahun berikutnya, naik menjadi 19.065. Tahun 2023: 19.467. Dan di 2024 lalu, jumlahnya sudah menembus 20.406 unit.
Angkanya tak melonjak drastis, tapi trennya konsisten menanjak. Ini bukan sekadar data. Di baliknya ada kisah-kisah. Tentang pemuda yang berani buka toko online sendiri. Tentang ibu-ibu PKK yang mulai belajar digital marketing. Tentang batik khas Bontang yang mulai dilirik pasar nasional.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Bontang, Muhammad Aspiannur, membuka lebar-lebar pintu masuknya investasi. “Termasuk sektor perhotelan dan UMKM,” ujarnya.
Dari hasil kajian akademik Universitas Mulawarman (Unmul), sektor UMKM di Bontang memang punya daya. Punya kekuatan internal yang kuat dan peluang eksternal yang menjanjikan. Meski tentu saja, seperti di banyak kota lain, tantangan struktural dan sosial masih harus dihadapi.
Tapi Bontang tampaknya tak ingin sekadar jadi kota yang hidup dari ampas industri besar. “Bontang tak hanya kuat di industri. Tapi juga punya potensi besar di sektor jasa, pariwisata, dan tentu saja UMKM,” kata Aspiannur.
Salah satu yang jadi perhatian adalah Kecamatan Bontang Utara. Di sanalah pusat geliat ekonomi mikro makin terasa. Apalagi dengan adanya PT Pupuk Kaltim dan LNG Badak. Kawasan ini jadi simpul. Ada pelabuhan. Ada akses ke 17 pulau kecil. Dan yang menarik: mulai banyak anak muda yang tak lagi bermimpi kerja pabrik—tapi justru membangun usaha sendiri.
Dr Rachmad Budi Suharto, Ketua Unit Layanan Strategis Pembangunan Sumber Daya Berkelanjutan (ULS-PSDB) Unmul, menyebutkan, geliat UMKM Bontang bukan sekadar wacana. Ia menyebut merek-merek lokal yang mulai dikenal: Batik Kuntul, Fara Snack, dan Ria Rasa Cake & Cookies. “Itu bukti konkret,” ujarnya.
Ada perusahaan-perusahaan besar yang juga ikut membina. Tidak tinggal diam. Sinergi itulah yang kini mendorong munculnya ekosistem baru. Apalagi, ada generasi muda yang kini mulai bergerak cepat dengan digitalisasi UMKM.
Yang menarik, kata Rachmad, bukan hanya pertumbuhan jumlahnya. Tapi juga keberanian berinovasi. Bontang memang belum jadi Bali atau Bandung dalam hal wisata atau ekonomi kreatif. Tapi perlahan, kota ini mulai melangkah. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
1 bulan lalu
[…] Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Bontang, namanya. Yang mereka kejar bukan pajak. Bukan sanksi. Tapi kesadaran. Soal pentingnya Laporan […]