BBM di Samarinda Tercemar, Pemkot Punya Bukti Ilmiah

Suriadi Said
6 Mei 2025 08:37
2 menit membaca

Samarinda, PRANALA.CO – Kalau saja keluhan itu tidak ramai, mungkin persoalan ini akan berhenti di meja laboratorium saja. Tapi Wali Kota Samarinda, Andi Harun, memilih jalur yang berbeda. Ia tak ingin membiarkan warganya menebak-nebak. Maka ia buka semua data—lengkap, terukur, dan ilmiah.

Kisah ini bermula dari keluhan masyarakat. Sejumlah kendaraan mendadak mogok. Ada yang mesinnya brebet, ada pula yang tak kuat menanjak. Isu beredar cepat: BBM yang mereka beli tidak sesuai takaran oktan. Warganya resah, Andi Harun pun tak tinggal diam.

Senin (5/5/2025) siang, di Samarinda, ia menggelar pernyataan resmi. Hasil kajian tim independen, kata dia, sudah di tangan. Temuan mereka cukup mengejutkan. Sampel BBM yang diambil langsung dari tangki kendaraan konsumen ternyata kualitasnya memang tidak seperti yang semestinya.

“Ini bukan opini saya. Ini murni hasil uji ilmiah,” kata Andi Harun mantap.

Sebelumnya, uji laboratorium pada 12 April 2025 terhadap BBM di Terminal Patra Niaga dan dua SPBU (Sriadai dan Pranoto) menyatakan semuanya aman. Standar kualitas terpenuhi. Tapi, mengapa kendaraan mogok?

Andi Harun tidak puas dengan jawaban itu. Maka Pemkot menggandeng tim akademisi—termasuk peneliti dari Politeknik Negeri Samarinda (Polnes) dan beberapa lembaga kredibel lainnya—untuk melakukan pengujian lanjutan.

Mereka mengambil sampel langsung dari tangki kendaraan yang terdampak. Hasilnya? RON (Research Octane Number) dari ketiga sampel semuanya di bawah standar minimal Pertamax (92). Sampel pertama hanya 86,7. Sampel kedua 89,6. Bahkan yang terbaik pun cuma 91,6.

Tidak berhenti di situ. Pengujian mendalam atas sampel RON 91,6 menunjukkan kandungan timbal sebesar 66 ppm, air sebanyak 742 ppm, total aromatik 51,16 persen v/v, dan benzena 8,38 persen v/v. Semua melebihi ambang batas yang diizinkan untuk BBM Pertamax.

Analisis lebih canggih menggunakan SEM-EDX dan FTIR membongkar fakta yang lebih serius: ada kontaminasi logam seperti timah, rhenium, dan timbal. Bahkan terdeteksi senyawa polimer—polyethylene dan polystyrene—yang biasa kita kenal sebagai bahan plastik. Inilah yang diduga kuat menyumbat filter bahan bakar kendaraan.

“Pengambilan sampel kami lakukan secara valid, dengan dokumentasi lengkap, baik waktu maupun lokasi,” tegas Andi Harun, memastikan integritas proses. (*)

 

Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami

1 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *