pranala.co – Puluhan pemuda yang menamakan diri Warga Bontang Bergerak (WBB) melakukan aksi unjuk rasa di Jembatan Hauling Indominco, Jalan Poros Bontang – Samarinda, Desa Suka Rahmat, Kutai Timur, Jumat (17/12) sore.
Itu sebagai reaksi dari kedatangan Gubernur Kaltim Isran Noor saat mengunjungi void tambang yang rencana digunakan sebagai sumber bahan baku PDAM.
Koordinator aksi, Fajri Sunaryo menegaskan menolak rencana tersebut. Di dalam lubang tambang itu ada kandungan logam berat, yang akan naik ke permukaan, jika terjadi reaksi. Kalau air seperti itu dikonsumsi masyarakat, jelas akan sangat berbahaya.
Dia juga menjelaskan, kadar asam yang ada pada air di lubang tambang ini juga sangat tinggi. Rata-rata mencapai pH 2,76. Normalnya, kadar asam dalam air yang layak dikonsumsi itu pH nya 7. Dengan demikian, jika konsentrasinya air sangat asam. Jelas itu tidak layak konsumsi.
“Ini suatu tindakan yang terlalu berani. Dalam hal ini, pemerintah secara sadar melegitimasi kejahatan yang dilakukan oleh pihak perusahaan,” tegas Fajri.
Pria yang juga Ketua Umum Mapala Stitek Bontang itu bilang, permasalahan krisis air bersih di Bontang ini sudah cukup mengkhawatirkan. Namun, pemerintah belum banyak melakukan langkah-langkah yang cukup luas.
Permasalah krisis air tersebut bukan tanpa alasan. Menurutnya, hal itu dikarenakan ekosistem di bagian hulu sudah rusak akibat aktivitas tambang. Dan akhirnya mengurangi debit dan juga volume air yang ada di dalam tanah.
“Kalau kita menilik data yang ada, sudah lebih dari 3/4 kawasan hutan lindung kita ditambang oleh pihak Indominco,” tukasnya.
Kata dia, hal itu juga yang menyebabkan Kota Bontang mengalami bencana banjir. Pengupasan lahan yang terjadi akibat pertambangan di hulu menyebabkan kawasan resapan air hilang. Padahal, hutan-hutan harusnya menjadi pertahanan kota Bontang.
“Ini kemunduran cara berfikir. Langkah kebijakan yang ditawarkan sangat-sangat tidak solutif. Dihulu mereka berdansa, dihilir kita menderita. Bayangkan, mereka merusak yang sudah ada. Terus menawarkan solusi yang rentan dan berbahaya,” katanya.
Senada, Ketua Srikandi Konservasi, Suryani Ino mengatakan, semestinya ada pertimbangan sains yang dikedepankan. Jika pemerintah mengatakan air tersebut layak, harusnya mereka berani mempublikasikan hasil kajiannya.
“Mereka bilang air ini layak. Mereka bilang jangan khawatir. Tapi tidak ada buktinya,” tegas Ino dalam orasinya.
Ia sangat menyayangkan tindakan pemerintah mengambil keputusan tersebut. Padahal, sudah sangat jelas jika air lubang tambang tersebut menyimpan ribuan penyakit mematikan. Seperti kanker, gangguan fungsi hati dan lainnya.
“Apa kita tega warga Bontang mengalami hal demikian. Ini sebenarnya sesat fikir dalam kebijakan. Pemanfaatan void tambang sudah jelas merupakan solusi palsu,” tegasnya.
Menurutnya, hal ini juga sebagai bentuk lepas tangan dari perusahaan. Seharusnya, lubang tambang yang sudah tidak terpakai itu direboisasi, atau dipulihkan.
“Pihak perusahaan seharusnya tidak lepas tanggung jawab. Dengan mereboisasi lubang bekas galian mereka,” tukasnya. [fs]
Discussion about this post