pranala.co – Saat pandemi Covid-19 merebak aktivitas masyarakat jadi sangat terbatas. Pilihan masyarakat untuk bersantai dan melepas penat pun jadi minim. Lantaran tempat wisata ditutup dan dibatasi. Namun, karena itu juga masyarakat Kota Bontang, Kalimantan Timur justru menemukan tempat baru yang kini lebih ikonik.
Pantai Galau
Pertama Pantai Galau. Lokasinya berada di Jalan Pelabuhan 3, RT 14 Tanjung Laut Indah tepatnya samping UPT Budidaya Ikan Pelabuhan. Meski disebut Pantai Galau, kawasan ini lebih cocok disebut tanjung. Pasalnya, tempat yang disebut oleh masyarakat Pantai Galau itu hanya sebuah daratan yang menjorok ke laut, dan dikelilingi laut di ketiga sisinya.
Luasnya hanya sekira 50×100 meter persegi. Awalnya tempat ini tak ramai oleh pengunjung. Namun, beberapa orang yang mengunggah video dan foto lokasi ini, membuat masyarakat penasaran.
Sekira Maret lalu, tempat ini pun mulai ramai pengunjung. Pemandangan laut lepas, di depan, dan tumbuhan bakau di kiri kanan, menjadi magnet sendiri bagi masyarakat, yang ingin berswafoto ria.
Belum lagi menjelang magrib, panorama matahari tenggelam, dibalur dengan langit jingga dan deru angin, cukup membuat tempat ini naik daun. Dulu sebelum ramai, warga bebas masuk tanpa pengutan biaya apapun. Namun kini, mereka harus merogoh kocek sebanyak Rp 5.000 per motor.
Tak hanya menjadi lokasi baru bagi mereka yang ingin semi liburan. Namun juga menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat yang ada di sana. Misalnya sepanjang jalan menuju ke lokasi itu, warga mulai membuka warung jajanan makanan dan minuman ringan.
Pun tepat dilokasinya, meja-meja lesehan juga digelar menghadap Laut. Juga ada kafe terapung terparkir di kiri daratan itu. Tak jarang saat akhir pekan, ada sekelompok musisi lokal menggelar konser kecil-kecilan.
Awalnya banyak yang mengira tempat ini hanya akan ramai sesaat. Namun justru pengunjungnya terus berdatangan dan meningkat perlahan. Kartono, yang mengelola tiket masuk di area situ mengatakan, ia bahkan pernah meraup Rp 500 ribu satu hari.
“Kalo ramai ya segitu, tapi paling sepi ya Rp 100 ribu. Tapi ini lumayan ramai terus,” katanya.
Meskipun populer, tempat ini dinilai perlu menjadi perhatian. Pasalnya, sampah-sampah dikhawatirkan akan terus bertambah. Selain itu, pengunjung juga diharapkan berhati-hati saat berenang. Pasalnya, kawasan itu juga berada dekat dengan kawasan mangrove dan semenanjung Pantai Marina, konon ada buayanya.
Tugu Selamat Datang Bontang
Siapa sangka, Tugu Selamat Datang Kota Bontang punya potensi lebih. Belakangan kawasan ini ramai digandrungi kawula muda. Bahkan, kalau berkunjung ke tempat itu di malam minggu, ratusan motor dan beberapa mobil sudah terparkir rapi di sana. Tepat di samping kiri kanan bawah bangunan Tugu Selamat datang.
Menurut warga sekitar, tempat ini memang sudah lama dikunjungi beberapa anak muda. Namun, sebelumnya hanya beberapa orang saja. Itu pun sebelum dipasangi lampu-lampu pertengahan tahun ini. Saat lampu terpasang, ditambah lampu neon bertuliskan Kota Bontang di sebelah kiri jalan, menjadi daya tarik para kawula muda.
Kini, bahkan gerobak makanan dan minuman ringan, sudah terparkir di sana. Meski sederhana, kawasan ini memang cukup menarik. Lokasinya bahkan kerap dijadikan tempat “ngonten” para kreator lokal Bontang. Kalau membuka media sosial, dan berselancar di tagline Bontang, 80 persen kemungkinan Anda akan menemukan tempat ini.
Rivaldi salah satu pengunjung mengatakan, ia sudah sering ke tempat itu. Alasannya, selain hemat di kantong tempat ini juga tak kalah bagusnya dengan lainnya. Biasanya, ia kesitu bersama rekan tongkrongannya. Jika bukan berbincang, sering juga Mabar (main bareng) game online favorit mereka.
“Hemat, lebih asyik juga,” katanya singkat saat dihampiri baru-baru ini.
Dua tempat ini, memang bukan destinasi wisata yang terlalu populer. Namun, cukup untuk melepas penat, ditengah pembatasan akibat pandemi dimana-mana.
Namun, pemerintah juga harus melek. Dengan menyediakan keamanan dan rasa nyaman bagi masyarakat di lokasi wisata itu. Jangan sampai justru menimbulkan polemik baru di masa mendatang. **
Penulis : Romi Ali Darmawan
Discussion about this post