PRANALA.CO, Samarinda – Sejak awal November Samarinda masuk musim penghujan. Waswas makin terasa dengan adanya fenomena La Nina. Warga diminta makin siaga, lebih-lebih saat hujan turun dengan intensitas sedang dalam waktu lama. Paling diantisipasi tentu petaka banjir dan tanah longsor.
“Jika terjadi banjir dan segala macam, tentunya kami akan menurunkan bantuan semaksimal mungkin,” ujar Hendra AH, pelaksana tugas (Plt) kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda saat dikonfirmasi pada Kamis (12/11) petang.
Isyarat cuaca ini memang hangat dibicarakan, sebab orang nomor satu di negeri ini, yakni Presiden Joko Widodo juga menaruh perhatian terhadap fenomena La Nina. Dirinya pun menyebut jika gejalanya bakal terasa hingga tahun depan.
Kondisi ini makin bikin gamang lantaran terjadi di tengah wabah virus corona atau COVID-19. Selain mengurus pandemik, pihaknya juga harus berjaga dengan potensi bencana. Sejauh ini, pihaknya belum menyampaikan langsung ke masyarakat perihal potensi yang terjadi akibat fenomena La Nina.
“Nantinya sosialisasi bakal dilakukan lewat virtual,” jelasnya.
Dalam analisis menyeluruh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Samarinda, fenomena La Nina dimulai sejak awal Oktober 2020 dan bakal berakhir mendekati Agustus 2021. Puncaknya bakal terjadi pada Desember hingga Februari tahun depan.
Ketika itu terjadi curah hujan bakal meningkat. Banjir tentu paling diwaspadai. Khusus Samarinda dari catatan BPBD Samarinda, ada 34 daerah rawan banjir. Potensi terbesar berada di Kecamatan Samarinda Utara dan Kecamatan Sungai Pinang.
“Masyarakat harus waspada dan siaga, saat ini curah hujan semakin tidak normal,” pintanya.
Dia menambahkan, jika curah hujan tinggi terus-menerus terjadi maka warga yang berada di kawasan Bengkuring, Kelurahan Sempaja Timur, Kecamatan Samarinda Utara harus bersiap-siap dengan segala kondisi yang ada.
“Waspada dan selalu siap siaga,” pesannya.
[fr]
Discussion about this post