SAMARINDA – Pakar Ilmu Alquran KH Ahsin Sakho Muhammad mengatakan Nabi Muhammad saw sangat menyukai tiga ayat terakhir dari surat Al Baqarah.
Alasannya, karena ayat ini dianggap dapat menghilangkan kecemasan dalam hidup dan dapat menenangkan hati seseorang, dan Rasulullah SAW, biasa membaca ayat ini sebelum tidur.
“Ayat ini luar luar biasa untuk menenangkan seseorang, dan Nabi saw itu selalu membaca ayat ini sebelum tidur,” ujar Kiai Ahsin mengutip Republika, Selasa (17/10/2023).
Surat Al Baqarah ayat 284
لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗ وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اَوْ تُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللّٰهُ ۗ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Artinya: “Milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu nyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagimu. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Surat Al Baqarah ayat 285
اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
Artinya: “Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”
Surat Al Baqarah ayat 286
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.”
Kiai Ahsin kemudian menjelaskan makna yang terkandung dalam surat Al Baqarah ayat 284-286 ini. Pada ayat 284 kata kiai Ahsin, disebutkan bahwa Allah swt mengetahui segala sesuatu baik yang diperlihatkan secara terang-terangan ataupun yang hanya disimpan di dalam hati. Apapun itu kata dia, Allah SWT akan memperhitungkannya dan akan memberikan balasan yang setimpal.
“Amal (perbuatan) yang diperlihatkan maupun amal yang tidak diperlihatkan, semuanya mendapatkan balasan dari Allah, maka akhirnya orang semuanya takut, karena apa yang ada di dalam hati, misalkan kreteg di dalam hati seseorang itu akhirnya dia juga mendapatkan punishment (balasan),” kata Kiai Ahsin.
Maka kemudian, Nabi saw meminta agar Allah swt tidak memberikan balasan kepada umat Muslim yang melakukan kesalahan yang tidak dia ketahui, tidak disengaja, atau dalam kondisi dipaksa. Lalu turun ayat setelahnya, la yukallifullahu nafsan illa wus’aha laha ma kasabat wa ‘alaiha maktasabat.
“Nah ini maksudnya, jadi Allah tidak akan memberikan beban kecuali sesuai dengan kemampuan seseorang, kemudian robbana la tuakhidna innasiina aw akhto’na robbana wala tahmil ‘alaina. Nabi saw senang banget ini, karena apabila ada seseorang melakukan sesuatu pelanggaran-pelanggaran tapi dilakukan karena dia lupa atau tidak tahu jika itu salah, jadi jangan sampai Engkau ya Allah membebani dengan punishment, jangan Engkau memberinya siksa, karena dia melakukan sesuatu (kesalahan) karena tidak tahu, karena dia lupa. Kata Allah, ya, aku akan memaafkan mereka-mereka ini,” kata Ahsin.
Jadi kalau seandainya ada seseorang melakukan sesuatu perilaku, tapi karena ketidaktahuan ya tidak akan diberikan siksa. “Misalnya, kita tidak tahu langsung minum ternyata itu minuman keras, ya tidak apa-apa karena tidak tahu, atau kita makan ternyata kita baru tahu kalau yang kita makan ini daging babi, dan kita tidak tahu sebelumnya, ya sudah tidak apa-apa,” kata Kiai Ahsin.
“Jadi (ayat ini) kalau seandainya ini bisa melegakan kita, ya betul juga, jadi Allah memberikan janji untuk mereka yang melakukan suatu perilaku atas dasar ketidaktahuan atau karena dipaksa, tidak diberikan sanksi, jadi kita tenang dalam menjalani kehidupan. Allah memberikan doa ini kepada kita semua supaya dibaca dan agar supaya ditadaburi, sehingga apapun yang dilakukan seseorang asalkan yang penting pertama, karena ketidaktahuan, atau karena terpaksa, atau dipaksa orang lain, atau karena lupa, itu hal-hal seperti itu tidak disanksi oleh Allah,” jelasnya.
“Jadi subhanallah, Allah tidak ingin memberikan beban yang susah bagi kaum muslimin, misalnya seseorang sakit dan dia tidak mampu untuk sholat dengan berdiri, (jangan cemas) ya sudah sholatnya dengan duduk,” tambahnya. (*)
Discussion about this post