DINAS Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Selasa 29 Desember 2020, merilis Realisasi investasi triwulan I sampai dengan triwulan III (Januari–September) tahun 2020.
Dalam rilis tersebut, besaran investasi di Kaltim mencapai Rp23,15 triliun. Angka ini jauh di atas target realisasi investasi tahun 2020 sebesar Rp21,30 triliun.
“Capaian ini menunjukkan realisasi investasi berada pada kisaran 108,69 persen,” ujar Kepala DPMPTSP Kaltim, Puguh Harjanto dalam rilisnya.
Selain itu, pada triwulan III (Juli-September) tercatat realisasi investasi mencapai angka Rp11,07 triliun. Rinciannya, realisasi PMDN sebesar Rp 9,06 triliun (1.063 proyek), dan realisasi PMA sebesar USD 139,75 juta atau sebesar Rp 2,01 triliun (254 proyek).
Capaian realisasi investasi pada triwulan III 2020 sebesar Rp 11,07 triliun mengalami peningkatan sebesar 31,96 persen, dibandingkan triwulan III 2019 sebesar Rp7,53 triliun.
Khusus triwulan III ini, investasi terbesar berada di Kota Balikpapan mencapai Rp 7,56 triliun atau 83,48 persen dari keseluruhan investasi PMDN.
“Disusul Kutai Kartanegara sebesar Rp 578,44 miliar atau 6,38 persen. Kemudian Kutai Timur di urutan ketiga dengan Rp 251,23 miliar atau 2,77 persen,” ujar Puguh Harjanto.
Serapan tenaga kerja di Balikpapan masih yang tertinggi mencapai 2.532 orang. Kemudian Kutai Kartanegara 570 orang. Disusul Penajam Paser Utara 399 orang. Total penyerapan tenaga kerja (Indonesia dan asing) selama periode triwulan III ini sebanyak 4.251 orang.
Sedangkan untuk PMA triwulan III ini didominasi oleh Kota Bontang dengan realisasi investasi mencapai USD 55,61 juta atau setara 800,79 miliar (39 persen dari total PMA triwulan III).
Jumlah proyek PMA yang dikerjakan sebanyak 8 proyek. Balikpapan menjadi kontributor kedua dengan USD 28,82 juta atau setara Rp 41,95 miliar dengan 71 proyek. Kontributor ketiga ditempati Kutai Timur dengan USD 20,45 juta atau Rp 294,47 miliar dengan 37 proyek.
“Untuk sektor usaha, PMDN didominasi dengan konstruksi sebesar Rp5,67 triliun. Sedangkan PMA didominasi oleh industri makanan USD 33,45 juta atau Rp481,61 miliar,” ujar Puguh Harjanto.
[ks]
Discussion about this post