ARNIWATI (27), warga Bontang ini tak pernah menyangka jika dirinya dinyatakan positif terjangkit virus corona (Covid-19). Pekerjaan sehari-harinya sebagai staf KPU Bontang dianggap bukan pekerjaan rentan terkena virus ini.
Perempuan lajang ini memang pernah berangkat mengikuti pertemuan di hotel General Manager di Jakarta ( Daerah epidemic Corona). Agenda KPU yang mewajibkannya ikut serta pada 9 Maret lalu.
Sepulangnya ke Bontang pada 12 Maret, Arniwati mengaku tak mengalami gejala terjangkit Virus Covid-19. Seperti batuk, demam tinggi hingga mual. Dia sehat bugar. Makanya, keesokan harinya pun dia masih beraktivitas seperti biasa. Bekerja, bersosialisasi dengan keluarga dan lingkungan sekitar rumah kakak kandungnya. Tempat dia tinggal selama ini di Bontang.
Barulah, selepas ada pasien positif di Kaltim yang kebetulan juga mengikuti kegiatan serupa bersama Arniwati. Pemkot Bontang lewat tim Gugus Percepatan Covid-19 melacak dengan penyedilidikan epidiemologi. Di hari sama, 20 Maret dirinya dirawat di RSUD Taman Husada Bontang, rumah sakit yang ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan penanganan Covid-19. Arniwati berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
Selang 3 hari. Tepatnya 23 Maret, barulah Arniwati dinyatakan positif Corona. Kondisinya masih sehat. Belum ada gejala tanda positif Covid-19. “Masih sehat. Enggak ada gejala apapun,” katanya.
Kaget dan tak menyangka. Rasa takut pasti ada. Apalagi virus ini dianggap belum memiliki obat pasti. Wajar, virus baru yang munculnya diduga di Wuhan, Tiongkok. Namun, dia tak mau kekhawatirannya itu malah membuat kondisi mentalnya drop. Takutnya, malah akan mengganggu imun tubuhnya. Sehingga virus ini bisa lebih leluasa berkembang biak.
“Saya enggak nyangka Mas. Tapi, saya berpikir lagi. Ini mungkin sudah takdir saya. Tapi saya enggak boleh menyerah begitu saja,” ujarnya parau.
Dukungan keluarga, kakak dan ponakan juga membantu penyembuhannya. Apalagi, teman, rekan kerja yang tahu jika Arniwati positif terus tanpa henti memberikan dukungan semangat untuk sembuh. Dukungan itu berbagai cara dan rupa diterimanya. Mulai dari keluarga yang kerap membawakan makanan kesukaannya ke rumah sakit meski hanya dititip ke petugas karena tak boleh bertemu. Rekan kerja dan temannya mengirimkan pesan pendek atau elektronik lewat gawainya.
“Saya sering video call-an sama kakak, ponakan. Mereka kasih semangat saya. Rekan kerja di KPU juga. Teman yang kenal saya rajin kirim WA untuk kasih semangat,” tuturnya berkaca-kaca.
Proses sembuh dirinya, diakui Arniwati tak lepas dari peran tim medis RSUD Bontang. Selama 24 jam mengawasi kondisinya. Tiap 8 jam sekali dia harus diperiksa. Kalau diperlukan, tim medis memberikannya obat. Selain itu, olahraga rutin di ruang isolasi pun dijalani. Demi kebugaran tubuh. Belum lagi asupan makanan. Kadar gizi diperhatikan sampai suplemen vitamin demi menjaga imun tubuh tetap stabil.
15 hari dia berjibaku melawan Virus Corona. Tepat, 4 April usai menjalani 2 kali pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan dikonfirmasi Kemenkes dan Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, dia dinyatakan negatif, sembuh. Arniwati pun boleh pulang ke rumahnya.
Sebait doa dia selipkan untuk tenaga medis RSUD Bontang yang sudah merawatnya tanpa lelah. Mengorbankan waktu ikut diisolasi demi Arniwati bisa sembuh. Pun, serupa Pemkot sangat responsif menangani pandemi Corona di Bontang.
“Doa saya buat tenaga medis yang merawat saya, semoga selalu dilimpahkan kesehatan dan mendapatkan balasan setimpal dari Allah. Sebagai nilai ibadah,” ucap Arniwati.
Dia pun tak sabar pulang ke rumah. Kamar kesayangan dan kasur empuknya sudah lama tak dihuni. Sesampainya di rumah dia ingin cepat-cepaf melepas kangennya itu. “Kangen kamar Mas,” katanya tersenyum. ***
Discussion about this post