Pranala.co, BONTANG — Tidak semua imbauan pejabat mampu menyentuh hati warganya. Tapi kalimat yang diucapkan Wali Kota Bontang, Neni Moernaeni, ini terasa berbeda.
“Orang yang membuang sampah sembarangan, rezekinya bisa seret,” ucapnya dengan nada lembut tapi tegas.
“Ayo biasakan hidup bersih. Kalau ada acara, kotak nasi, botol plastik, atau bungkus makanan jangan ditinggalkan. Itu tanggung jawab kita masing-masing, bukan orang lain,” lanjutnya.
Pesan itu sederhana, tapi dalam. Ia tak sekadar bicara soal sampah. Tapi juga soal tanggung jawab, kebiasaan, dan keberkahan hidup.
Di tengah zaman serba cepat, hal kecil sering diabaikan. Kotak makan, gelas plastik, atau kantong kresek yang ditinggalkan usai acara, seolah tak berarti. Padahal, satu bungkus plastik yang dibuang sembarangan bisa menimbulkan masalah besar — menyumbat selokan, mencemari sungai, bahkan memicu banjir dan penyakit.
“Kalau kita mau hidup nyaman, sehat, dan rezeki lancar, maka mulai dari hal kecil. Biasakan bersih, biasakan peduli sampah kita sendiri,” ujar Wali Kota Neni lagi.
Menurut perempuan yang akrab disapa Bunda Neni itu, Bontang memang bukan kota besar. Luas wilayahnya hanya sekitar 16 ribu hektare dengan penduduk 191 ribu jiwa. Tapi justru di situlah kekuatannya.
“Karena jumlah penduduknya tidak terlalu padat, perubahan perilaku akan lebih mudah dilakukan,” ujarnya optimis.
“Kalau semua bergandengan tangan, kita pasti bisa menjadikan Bontang kota terbersih, bahkan di dunia,” tambahnya penuh keyakinan.
Ucapan itu bukan janji kosong. Pemkot Bontang telah meluncurkan Gerakan Sampahku Itu Tanggung Jawabku (GESIT). Sebuah langkah nyata untuk membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya kebersihan.
GESIT bukan sekadar slogan di spanduk. Program ini melibatkan semua pihak — pemerintah, swasta, komunitas, dan warga. Pesannya sederhana: setiap orang bertanggung jawab atas sampahnya sendiri.
Bila kebiasaan itu tertanam, tak akan ada lagi tumpukan sisa makanan atau botol plastik berserakan setelah hajatan dan pesta rakyat.
Lebih dari sekadar ajakan menjaga kota, pesan Neni juga punya makna spiritual. Ia mengingatkan, kebersihan bukan hanya urusan lingkungan, tapi juga urusan hati.
“Sampah bukan semata urusan petugas kebersihan, melainkan cermin tanggung jawab pribadi,” tegasnya.
“Kalau lingkungan kita bersih, hati juga bersih. Dan dari hati yang bersih, rezeki yang berkah akan datang.”
Kata-kata itu sederhana, tapi mengena. Menyadarkan bahwa kebersihan bukan hanya soal estetika — tapi juga soal etika, tanggung jawab, dan keberkahan hidup. (FR)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami










