Pranala.co, BALIKPAPAN — Seluruh jemaah haji asal Kota Balikpapan akan dipantau kesehatannya selama 21 hari ke depan setelah tiba dari Tanah Suci. Langkah ini diambil sebagai bentuk kewaspadaan terhadap potensi penularan penyakit menular, seperti COVID-19 dan MERS-CoV.
Pemantauan dilakukan oleh Balai Kekarantinaan Kesehatan Balikpapan bekerja sama dengan puskesmas setempat.
“Kami tetap melakukan pemantauan kesehatan selama 21 hari pascakepulangan. Baik melalui kunjungan langsung maupun pencatatan digital,” ujar Kepala Balai Kekarantinaan Kesehatan Balikpapan, Dr. Bangun Cahyo Utomo, Selasa (17/6/2025).
Proses pemantauan dilakukan melalui dua sistem digital, yakni e-BKJH (Buku Kesehatan Jemaah Haji elektronik) dan e-KKJH (Kartu Kesehatan Jemaah Haji elektronik). Keduanya terhubung dengan Sistem Informasi Kesehatan Haji (Siskohatkes) milik Kementerian Kesehatan.
Data ini akan menjadi acuan bagi petugas kesehatan di masing-masing daerah domisili jemaah. “Puskesmas akan memantau secara berkala sesuai data dari Siskohatkes,” jelas Bangun.
Sebelumnya, seluruh jemaah haji kloter pertama asal Balikpapan telah tiba di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan pada Senin malam (16/6) sekitar pukul 23.05 WITA. Mereka terbang menggunakan pesawat Garuda Indonesia Airbus A330-900 Neo dengan nomor penerbangan GIA 44101.
Setibanya di tanah air, para jemaah langsung diarahkan menuju Asrama Haji Batakan untuk menjalani skrining awal. Pemeriksaan suhu tubuh dilakukan menggunakan thermal scanner.
Jika ditemukan gejala seperti demam, batuk, atau pilek, petugas akan mengambil sampel swab dengan viral transport medium (VTM). Sampel ini kemudian dikirim ke laboratorium di Jakarta untuk dianalisis.
“Semua prosedur sudah kami siapkan. Jika ada gejala mencurigakan, kami langsung laporkan ke Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR),” terang Bangun.
Nihil Kasus COVID-19
Sejauh ini, belum ditemukan kasus aktif COVID-19 di antara jemaah asal Balikpapan. Namun, terdapat sembilan orang yang mendapat pengawasan lebih lanjut karena faktor usia lanjut dan kelelahan.
“Beberapa sempat dirawat ringan saat di Arab Saudi, tapi saat ini kondisinya sudah stabil,” kata Bangun.
Total jemaah dalam kloter pertama ini berjumlah 360 orang, termasuk empat petugas kloter. Seluruhnya dilaporkan sehat saat tiba di Indonesia.
Meski tidak ditemukan kasus penyakit menular, pemantauan tetap dilakukan sebagai bentuk antisipasi. Apalagi, gejala beberapa penyakit bisa muncul belakangan.
Sebelum kepulangan, seluruh jamaah juga telah mengisi formulir Satu Sehat Gaul Patuh (SSHP). Formulir ini membantu dalam mengklasifikasikan kondisi jamaah ke dalam kategori hijau, kuning, atau merah.
“Jika ada yang masuk kategori kuning atau merah, langsung dilakukan swab. Hasilnya dikirim ke lab untuk dianalisis,” tuntas Bangun.
[DIAS]
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Tidak ada komentar