BALIKPAPAN, pranala.co – Peristiwa pengurungan anak dalam rumah menggemparkan warga Perumahan Sosial, Kelurahan Batu Ampar, Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Seorang ibu diduga mengurung ketiga anaknya dalam kamar dengan pintu digembok selama kurang lebih setahun terakhir.
Informasi diperoleh ketiganya merupakan anak perempuan berusia 6, 10 dan 14 tahun. Saat ditemukan warga bersama petugas, kondisi mereka tampak memprihatinkan. Bahkan mereka sampai histeris saat petugas datang.
BACA JUGA: Tiap Daerah di Kaltim Pamerkan Teknologi Tepat Guna Unggulan
Kasus ini terungkap setelah Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Balikpapan didampingi TNI-Polri, bersama aparatur pemerintah setempat dan disaksikan warga mendatangi lokasi rumah yang menjadi tempat korban dikurung.
Mereka membuka pintu kamar yang digembok dari luar. Kondisi kamar tempat ketiga anak ditempatkan pun tidak layak. Mulai dari ukuran ruangan yang sempit hingga minimnya sirkulasi udara.
Ketua RT setempat Alpirawan mengatakan, perilaku ibu kandung mulanya terungkap melalui laporan sejumlah tetangga korban yang curiga. Sebab mereka tidak pernah melihat ketiga anak beraktivitas di luar rumah.
“Dari setahun lalu anak pertamanya gak pernah turun sekolah. Di situ awalnya saya curiga. Pihak sekolah juga pernah datangke saya menanyakan hal itu,” ujarnya, Jumat (24/6/2022).
Namun ketika dia menanyakan langsung kepada orang tuanya, dikatakan ketiga putrinya telah dipindahkan sekolah ke Jawa. Dia pun belum puas, sebab aktivitas orangtua korban semakin hari kian tertutup di lingkungan tempat tinggalnya.
“Rupanya selain saya, sudah ada juga warga lain yang melaporkan begitu,” ucapnya.
Menurut penuturannya, ketiga korban saat ditemukan dalam posisi tertelungkup dengan badan gemetar di atas tempat tidur. Wajah ketiga anak perempuan itu pucat.
“Wajahnya pucat semua, mungkin karena gak pernah kena sinar matahari,” katanya.
Sementara Kepala UPTD PPA Balikpapan Esti Santi Pratiwi mengungkapkan, kedua orang tua korban sedang menghadapi masalah rumah tangga hingga pisah ranjang beberapa waktu ini. Sang ayah sehari-harinya bekerja di toko bangunan.
Sementara ibunya bekerja di laundry. Ketiga anak itu terkurung dalam kamar yang terkunci dengan beberapa gembok di bagian luar. Esti mengaku sebelumnya telah mendapat beberapa laporan warga mengenai hal tersebut. Namun dia memilih waktu yang tepat untuk mengungkap perilaku orang tua korban.
“Soalnya jendela selalu ditutup kain gelap, di belakang (rumah) juga tertutup, jadi tidak ada space untuk mengetahui kondisi si anak. Sementara orang tuanya sulit ditemui. Nah, kebetulan pas kemarin, Pak RT menghubungi pemilik rumah karena mereka menyewa di situ, jadi kita bisa masuk,” ujar Esti.
Saat petugas gabungan beserta sejumlah warga berhasil masuk ke dalam, ketiga anak tersebut langsung menangis histeris. UPTD PPA segera membawa ketiganya ke rumah aman untuk menjalani pemeriksaan kesehatan dan psikologis.
“Hak tumbuh kembang, hak bermain, hak beraktivitas dan hak sekolah ketiga anak ini tidak terpenuhi. Makanya mereka kami bawa dan disaksikan bapak kandungnya,” ucapnya.
Sehari berselang, sang ibu baru mendatangi UPTD PPA dengan maksud menjemput kembali anaknya. Namun, Esti menolak permintaan tersebut. Si ibu sempat membantah kondisi ketiga anaknya pucat dengan berdalih kulit mereka memang putih.
“Nah putih itu beda dengan pucat karena tidak kena sinar matahari. Kalau anak pertama dan kedua lebih banyak diam, kalau yang kecil itu nangis. Jadi kita lakukan pendampingan dulu,” katanya.
BACA JUGA: Luhut: Beli Minyak Goreng Rp 14 Ribu Pakai PeduliLindungi atau NIK
Sampai dengan saat ini, Esti belum dapat memastikan kapan para korban diserahkan kembali kepada orang tuanya. Dia pun masih khawatir kejadian serupa akan terulang kembali.
“Pasti akan kami kembalikan, cuma tidak ke ibunya. Kami akan cari keluarganya yang mau bertanggung jawab. Nanti kami panggil, bikin surat pernyataan dan jangan sampai hal ini terulang lagi,” ujar Esti. (das/re)
Discussion about this post