Bontang, PRANALA.CO — Pemerintah Kota (Pemkot) Bontang serius membidik predikat tertinggi dalam ajang penilaian Kota Sehat 2025. Melalui koordinasi lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD), persiapan pun terus dikebut.
Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Bontang, Bachtiar Mabe, mengakui bahwa progres persiapan sudah membaik. Namun, tantangan besar justru terletak pada koordinasi dan komunikasi antarlembaga.
“Persiapannya sudah berjalan. Karena Kota Sehat ini diampu oleh sembilan OPD, maka koordinasi itu menjadi kunci. Di sinilah kelemahan kita, komunikasi dan koordinasi,” ujar Bachtiar usai rapat koordinasi Kota Sehat, Sabtu (26/4/2025).
Dorongan dari Wakil Wali Kota Bontang, Agus Haris pun disebutnya cukup efektif. Hanya dalam waktu singkat, capaian persiapan naik lima persen, dari 69 persen menjadi 74 persen.
Namun Bachtiar mengingatkan, lonjakan angka saja belum cukup. Konsistensi komunikasi di semua lini tetap harus dijaga agar target bisa tercapai maksimal.
“Kalau komunikasi kita lancar, sebenarnya tidak ada yang sulit. Masalahnya sering kali kita menunda-nunda. Padahal kalau bergerak cepat dari awal, hasilnya bisa lebih optimal,” katanya.
Optimisme itu bukan tanpa dasar. Bontang tercatat pernah lima kali meraih predikat Vistara, penghargaan tertinggi Kota Sehat, pada tahun 2011, 2013, 2015, 2017, dan 2019.
“Pandemi COVID-19 sempat membuat semua terhenti, ditambah aturan administrasi baru. Tapi saya yakin, kalau komunikasi dan kerja sama jalan, kita bisa raih Vistara lagi tahun ini,” tegasnya.
Waktu tersisa hanya dua kali 24 jam untuk melengkapi persyaratan administrasi. Karena itu, Bachtiar menekankan pentingnya kerja keras seluruh pihak.
“Kita jangan terpaku harus 100 persen. Yang penting usaha maksimal. Kerja keras, koordinasi, dan komunikasi yang bagus itu kuncinya,” ucapnya.
Ada sembilan OPD yang terlibat dalam program Kota Sehat ini, mulai dari Dinas Kesehatan, Dinas PUPR, Dinas Ketenagakerjaan, DLH, Perkim, DPPKB, DSPM, Dinas Pertanian, hingga Forum Kota Sehat.
Namun, perubahan struktur organisasi di OPD dan Forum Kota Sehat sempat menjadi tantangan baru.
“Bekerja sama itu mudah diucapkan, tapi sulit diterapkan. Apalagi dengan perubahan pengurus dan struktur di beberapa OPD, itu cukup mempengaruhi,” jelas Bachtiar.
Dalam evaluasi data yang di-input untuk Kota Sehat, beberapa indikator juga masih menjadi tantangan. Seperti angka kematian ibu hamil yang tercatat tiga kasus dan prevalensi stunting yang masih 27 persen menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI).
“Angka kematian ibu memang sulit dicegah seluruhnya karena faktor medis. Untuk stunting, kita sudah input datanya dan terus kita tekan dari tahun ke tahun,” paparnya.
Tak hanya itu, kasus ibu hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK) yang tercatat 359 kasus pada tahun 2024 juga menjadi perhatian serius.
Meski tantangan banyak, Bachtiar tetap optimistis. “Insya Allah, dengan kerja sama semua pihak, kita bisa atasi semua ini,” pungkasnya. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Discussion about this post