pranala.co – Ruslan mengaku sedih. Rupanya angin segar tentang Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di sekolah kemungkinan belum berpihak kepada dirinya, pedagang makanan ringan, pentol rebus.
PTM sendiri wacananya akan dimulai di sejumlah sekolah di Bontang pada pekan depan. Tapi ada regulasi tersendiri yang harus dipatuhi.
Alasan kesedihan pria 40 tahun ini, yaitu pada aturan durasi jam sekolah. Yaitu hanya tiga jam dan tanpa istirahat. Bahkan kabarnya, para siswa juga dibatasi untuk jajan di luar lingkungan sekolah.
“Ya kalau begitu aturannya, agak sedih juga Pak Le ini,” kata pria 51 tahunan ini kepada wartawan saat ditemui di depan SMPN 2 Bontang, Sabtu (25/9).
Ruslan sendiri menaruh harap yang cukup besar di PTM ini. Karena penghasilannya ia nilai bisa kembali normal lagi. Bagaimanapun, pelanggan yang paling menjanjikan untuk pedagang pentol seperti dirinya adalah anak sekolah.
Ruslan bercerita, saat kondisi normal dan sekolah masih ramai-ramainya, pendapatannya lumayan besar hingga bisa menghidupi dirinya bahkan keluarganya di Jawa. Ia mengungkapkan, kala itu tepatnya dua tahun lalu, penghasilan perharinya bisa mencapai Rp. 500 ribu per hari, dengan gilingan daging bisa mencapai 2 kilogram. Meski modalnya Rp 400 ribu per dua hari, keuntungan nya masih lumayan banyak.
“Kalau dulu ya cukup lah untuk biaya semuanya,” jelasnya.
Namun saat COVID-19 masuk, dan anak sekolah mulai belajar di rumah sejak dua tahun lalu itu, pemasukannya menurun hingga 50 persen. Bahkan hal itu mempengaruhi kondisi keuangannya. Misalnya, semenjak penurunan pemasukan, ia sering telat bayar kontrakan. Belum lagi listrik dan air. Memang kata Ruslan, pengeluarannya setiap bulan terhitung bisa mencapai Rp 1 juta per bulan. Dipakai berdua dengan sang istri. Selain itu, ia juga harus menyisihkan kiriman untuk keluarganya di Jawa.
“Untuk anak satu orang yang kuliah di Jawa,” katanya.
Ruslan berharap masih ada kelonggaran ke depan. Contoh kecilnya pemerintah tidak perlu mengatur soal jajan diluar lingkungan sekolah. Agar roda ekonomi pedagang kecil seperti dirinya bisa kembali normal.
Dikonfirmasi terpisah, beberapa orang tua siswa memang lebih memperketat jajanan untuk anaknya. Meskipun dibolehkan, namun mereka lebih memilih untuk membuatkan bekal dari rumah. Suriadi misalnya. Ayah usia 39 tahun ini mengatakan akan membekali anak dari rumah. Apalagi kondisi saat ini masih cukup berbahaya. COVID-19 belum sepenuhnya pergi.
“Kalau jajan tetap ada, tapi kami orangtua yang kasih jajanannya,” katanya.
Juga ada Darmawati (34). Ia mengatakan cukup senang jika PTM akan segera dimulai. Tapi soal jajan untuk anaknya, ia juga akan lebih hati-hati. Bekal dari rumah ia rasa memang lebih aman ketimbang jajan di luar.
“Semoga pihak sekolah juga ketat soal itu,” harapnya. **
Penulis: Romi Ali Darmawan
Discussion about this post