pranala.co – Mengapa Siswa IPS Dianggap Inferior Ketimbang IPA? EJEKAN merendahkan yang mengarah pada anak Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) masih terdengar hingga zaman sekarang. Padahal perspektif bahwa siswa yang kurang pintar untuk masuk kelas IPA sehingga menjadi murid IPS merupakan perspektif lama.
Namun hingga kini nampaknya anak IPS masih dipandang sebagai “pilihan kedua” sehingga warganet @ambishukum memulai perbincangan hangat di Twitter untuk membahas ini.
Tweetnya itu kini viral dan telah disukai ratusan warganet lainnya di Twitter. Ia mempertanyakan mengapa siswa atau lulusan SMA jurusan IPS dipandang memiliki status inferior alias posisinya lebih rendah dibandingkan anak IPA.
Pandangan ini telah timbul sejak generasi baby boomer dan generasi X. Siswa kelas IPA dinilai merupakan anak-anak yang pintar karena mampu mempelajari ilmu yang mayoritas memerlukan rumus hitungan. Mereka dipandang sebagai murid yang lebih rajin belajar, suka menghitung, dan pekerja keras.
Pada waktu itu, siswa IPS juga dikenal sebagai siswa yang pemalas, kurang pintar, dan suka bikin onar sehingga tidak mampu diterima masuk di kelas IPA.
Tren ini pun masih melekat hingga sekarang, siswa yang nilai akademisnya cemerlang dituntut untuk masuk ke jurusan IPA, terlepas dari pilihan ilmu yang lebih disukai. Hanya agar menghindari di cap secara sosial sebagai anak pemalas, siswa memilih masuk IPA dan menghindari kelas IPS, sehingga timbul miskonsepsi ini.
Padahal memilih masuk jurusan harusnya tidak hanya bergantung pada kemampuan saja, namun lebih penting adalah keinginan peminatan sang siswa terlepas dari konstruksi sosial yang keliru itu.
Kini perspektif itu sudah mulai luntur dan semakin banyak siswa dan orang tua yang memahami bahwa masing-masing jurusan dibentuk karena memiliki keuntungan dan tujuan tersendiri.
Namun perspektif itu agaknya bakal tetap tertanam di benak masyarakat Indonesia. Banyak warganet yang merespon tweet di atas memiliki perspektif yang sama.
Miskonsepsi itu tidak hanya menimbulkan pemikiran bahwa murid IPS adalah kelas inferior, tapi juga kekesalan pada anak IPA yang “mengambil jatah” ilmu studi di jenjang perkuliahan. Hal itu terjadi karena siswa IPA bisa memilih fakultas dan jurusan yang memiliki syarat IPS, namun anak IPS tidak bisa melakukan hal sebaliknya.
Akibatnya, anak IPA memiliki lebih banyak opsi ketimbang anak IPS, sehingga tidak sedikit yang mengambil jurusan seperti ekonomi dan akuntasi sementara selama SMA belajarnya ilmu biologi dan fisika.
Apa pendapatmu tentang IPA dan IPS? Yuk share di kolom komentar!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post