SAMARINDA – Daya beli masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami penurunan sepanjang Februari 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat deflasi tahunan (year-on-year) sebesar 0,30% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 105,60.
Kondisi ini dipicu turunnya harga di sektor perumahan, transportasi, dan energi, meski di sisi lain, harga pangan, kesehatan, dan jasa restoran justru melonjak.
Data BPS Kaltim yang dirilis Senin (3/3/2025) menunjukkan disparitas antarwilayah. Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) menjadi daerah dengan deflasi tertinggi (0,73%, IHK 105,72), disusul Berau (0,56%, IHK 105,72). Namun, Kota Balikpapan justru mencatat inflasi 0,18% (IHK 106,36), terutama didorong kenaikan harga jasa rekreasi dan pendidikan.
“Penurunan harga di sektor perumahan dan listrik menjadi kontributor utama deflasi tahunan. Namun, kenaikan harga kebutuhan pokok seperti makanan dan kesehatan tetap memberatkan masyarakat,” ujar Kepala BPS Kaltim, Yusniar Juliana.
Meski deflasi umumnya dianggap positif, kenaikan harga pangan dan layanan esensial justru menyulitkan rumah tangga. Misalnya, kenaikan 7,34% di sektor perawatan pribadi dan 3,12% untuk makanan membuat pengeluaran keluarga meningkat.
“Harga cabai dan telur naik hampir 10% bulan ini. Listrik memang lebih murah, tapi penghematan tak sebanding dengan biaya hidup yang melambung,” keluh Rini, ibu rumah tangga di Samarinda.
Di sisi lain, penurunan tarif listrik dan BBM memberi sedikit ruang napas bagi industri. “Biaya operasional kami turun, tapi daya beli pelanggan tetap lemah,” kata Ahmad, pemilik UMKM di PPU.
Kelompok Pengeluaran Deflasi:
- Perumahan, air, listrik, dan BBM: Turun 11,76%
- Perlengkapan rumah tangga: Turun 0,31%
- Transportasi: Turun 0,21%
- Informasi dan komunikasi: Turun 0,61%
Kelompok Pengeluaran Inflasi:
- Makanan, minuman, tembakau: Naik 3,12%
- Kesehatan: Naik 1,92%
- Restoran: Naik 2,11%
- Perawatan pribadi: Naik 7,34%
Penurunan harga pada beberapa kelompok pengeluaran utama dapat berdampak pada sektor ekonomi secara keseluruhan. Deflasi yang berkelanjutan bisa menjadi sinyal lemahnya daya beli masyarakat, terutama di sektor perumahan dan transportasi yang mengalami penurunan harga signifikan.
Namun, kenaikan harga pada sektor makanan, kesehatan, dan jasa menunjukkan bahwa masih ada pergerakan ekonomi di beberapa sektor. Pemerintah daerah diharapkan dapat mengambil langkah strategis untuk menjaga stabilitas ekonomi dan meningkatkan daya beli masyarakat.
BPS Kaltim akan terus memantau pergerakan inflasi dan deflasi guna memberikan gambaran ekonomi yang lebih akurat bagi pengambil kebijakan dan masyarakat luas. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Discussion about this post