SAMARINDA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Balikpapan mengimbau masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim) untuk waspada terhadap dampak hujan dengan intensitas sedang yang diperkirakan akan berlangsung selama 10 hari pertama di Februari 2025.
Hujan tersebut berpotensi disertai petir dan angin kencang, sehingga meningkatkan risiko bencana seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, serta jalan licin yang dapat membahayakan keselamatan.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, BMKG Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto, menjelaskan bahwa Januari hingga awal Februari merupakan puncak musim hujan pertama di wilayah Kalimantan Timur. Diperkirakan, puncak musim hujan kedua akan terjadi pada akhir Maret hingga April mendatang.
Meski curah hujan diperkirakan menurun pada Februari, hujan lebat dengan durasi singkat dan hujan lokal justru berpotensi meningkat. Angin kencang yang menyertainya akan memperburuk situasi, memicu potensi bencana yang lebih besar.
Kukuh mengungkapkan bahwa musim hujan tahun ini mengalami anomali dengan curah hujan yang lebih tinggi dari rata-rata normal dalam 30 tahun terakhir.
Anomali tersebut dipengaruhi oleh fenomena La Nina yang meskipun dalam kondisi lemah, tetap menyebabkan aliran uap air dari Samudra Pasifik menuju Indonesia, termasuk Kalimantan Timur, sehingga meningkatkan kelembapan udara dan curah hujan.
Beberapa wilayah yang telah tercatat mengalami curah hujan lebih tinggi antara lain Kabupaten Kutai Timur, Mahakam Ulu, Kutai Kartanegara bagian barat, dan Berau, terutama sejak Desember hingga Januari lalu.
BMKG secara rutin mengeluarkan informasi cuaca terkini kepada instansi terkait, termasuk BPBD, dalam bentuk peringatan dini (early warning) untuk periode 10 harian, 3 harian, hingga harian apabila dibutuhkan. Peringatan dini ini bertujuan untuk meminimalkan risiko bencana dan memberikan waktu bagi masyarakat untuk mengantisipasi cuaca ekstrem.
Namun, BMKG juga menekankan bahwa dampak bencana, seperti banjir yang terjadi di Samarinda, tidak hanya dipengaruhi oleh hujan lokal, tetapi juga oleh kondisi pasang air sungai. Banjir dapat bertahan lebih lama jika hujan lebat terjadi bersamaan dengan pasang air laut.
Sebagai langkah preventif, BMKG mengimbau masyarakat untuk lebih peka terhadap perubahan cuaca dan kondisi lingkungan sekitar, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah rawan bencana.
Masyarakat juga diminta untuk meningkatkan kesadaran dalam menjaga kelestarian lingkungan dengan menanam pohon di sekitar rumah guna meminimalisasi risiko bencana.
“Penting bagi masyarakat untuk memiliki kesadaran untuk melakukan evakuasi mandiri dan menjaga lingkungan sekitar agar dapat mengurangi dampak bencana yang bisa terjadi,” ujar Kukuh. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Discussion about this post