Puncak Corona di Indonesia Diprediksi Terjadi Mei. GUGUS Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 memprediksi puncak penularan virus corona di Indonesia terjadi pada Mei 2020. Atas dasar itu, pemerintah bakal mempercepat dan memperluas pemeriksaan corona menggunakan metode polymerase chain reaction atau PCR.
“Ini memang perlu upaya maksimal karena masa puncak di negara kita diprediksikan akan terjadi lima hingga enam minggu yang akan datang,” kata Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo usai rapat terbatas melalui video conference, Senin (13/4).
Pemerintah menargetkan dapat melaksanakan tes PCR untuk mendeteksi corona terhadap 9.000 orang setiap harinya. Saat ini, pemerintah baru memeriksa 26.500 sampel dengan menggunakan metode tersebut.
Untuk bisa melakukan hal tersebut, pemerintah telah mendatangkan 18 detektor PCR cepat bernama Lightcycler dan dua alat ekstraksi RNA otomatis bernama Magna Pure 96 asal Roche, Swiss. Selain itu, pemerintah sudah mendapatkan tawaran kerja sama dengan BUMN dan pihak swasta untuk melakukan tes PCR.
“Serta sudah mendapat dukungan dari Menteri Kesehatan untuk memanfaatkan salah satu pihak di Beijing Institute yang nantinya akan mem-backup peningkatan kapasitas PCR di negara kita,” kata Doni.
Sementara, para ahli menyebutkan wabah Covid-19 di Indonesia belum mencapai puncak pandemi. Namun, di sisi lain kita juga harus bersiap pada gelombang kedua pandemi virus corona, jika sistem melemah. Hal ini disampaikan oleh Perwakilan Solidaritas Berantas Covid-19, Prof. Akmal Taher.
“Saya kira memang gelombang kedua (pandemi) itu bisa terjadi, saat puncak sudah lewat, yang sakit itu sudah turun,” kata Akmal dalam diskusi daring bertajuk Hari Kesehatan Dunia 2020: Aksi Nyata Masyarakat Sipil di Masa Pandemi, Kamis (9/4/2020).
Potensi terjadinya gelombang kedua pandemi di Indonesia ini bisa terjadi, kata dia, jika sistem yang saat ini sudah dibuat oleh pemerintah dan dilakukan oleh masyarakat sipil melonggar.
Saat pandemi sudah mencapai puncaknya, sebaiknya pemerintah dan masyarakat tetap bekerjasama dan terus berkoordinasi untuk terus melakukan berbagai sistem strategis hingga transmisi Covid-19 ini benar-benar berakhir.
Jika tidak, maka bisa terjadi hal yang dialami China. Di mana transmisi ternyata masih terjadi saat masyarakat sudah merasa aman saat wilayahnya sudah melewati puncak pandemi.
Lantas, jika ada satu wilayah yang ditemukan lagi kasus infeksi, akan di lockdown wilayah tersebut.
Akmal berkata, saat jumlah kasus terjadi penurunan setelah mencapai puncaknya nanti. Bukan berarti di masyarakat tidak ada sama sekali transmisi atau penularan terjadi tanpa diketahui. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post