pranala.co – Menikmati secangkir kopi sudah menjadi bagian dari kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Apalagi beberapa tahun belakangan ini, minum kopi juga menjadi tren di kalangan anak muda, terbukti dengan menjamurnya kedai-kedai kopi di Tanah Air. Sebelas dua belas dengan kebiasaan makan nasi, kini banyak orang juga tak melewatkan minum kopi setiap hari.
Masyarakat Indonesia mengenal jenis biji kopi seperti arabika dan robusta, tetapi ada satu lagi varian dari biji kopi yaitu liberika. Ketiganya dikenal memiliki rasa yang berbeda. Arabika terkenal dengan rasa cenderung asam, robusta memiliki rasa yang lebih pahit, sedangkan liberika memiliki rasa pahit dan beraroma menyengat.
Dibanding arabika dan robusta, nama liberika bisa memang kalah pamor karena keberadaannya tergolong langka di pasaran. Penanaman biji kopi liberika juga sempat kurang diminati petani karena bobot bijinya hanya 10 persen dari bobot kopi basah dan berpengaruh pada penghasilan mereka.
Namun, upaya mengenalkan kopi liberika terus dilakukan. Baru-baru ini di Kabupaten Kayong Utara di Kalimantan Barat mengumumkan varietas kopi pertamanya yaitu kopi liberika Kayong. Kopi ini telah mendapatkan legalitas dari Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian. Seperti apa kopi liberika Kayong tersebut? Berikut penjelasannya:
Gusti Iwan Darmawan, pegiat kopi Kalimantan Barat dan juga pemilik Kopi Jago Jalanan mengatakan bahwa proses pendaftaran dilakukan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kayong Utara atas nama Bupati Kayong Utara dan usulan masyarakat petani kopi Kayong Utara yaitu Kelompok Tani Cahaya Kayong Seponti.
Proses yang telah dilalui pun tak mudah untuk mendapatkan legalitas, tetapi semua perjuangan tersebut telah terbayar tuntas. Kini kopi liberika Kayong telah terdaftar secara resmi sebagai varietas lokal Kalimantan Barat dengan nomor 1750/PVL/2021.
“Pendaftaran varietas lokal kopi liberika ini bertujuan melindungi kopi liberika yang telah dibudidayakan masyarakat dan tentunya telah mengalami perubahan dan mampu beradaptasi dengan kondisi lahan perkebunan rakyat di Kayong Utara. Disamping itu masyarakat Kayong Utara sudah tidak perlu bingung lagi mau memilih dan mengembangkan kopi pada lahannya,” ujar Iwan, seperti dikutip Sariagri.id.
Citra Duani selaku Bupati Kayong Utara mendukung penuh langkah pengenalan dan perlindungan untuk kopi lokal Kayong tersebut. Ia pun berharap pengenalan kopi Kayong tidak hanya terbatas di daerah asalnya saja, tapi bisa lebih luas ke tingkat nasional hingga internasional.
Menurut keterangan Iwan, kopi liberika Kayong semakin diminati oleh masyarakat Indonesia. Jenis kopi liberika ini memiliki rasa buah-buahan dan peminatnya semakin banyak di seluruh Nusantara.
“Kopi liberika memiliki aneka cita rasa khas buah-buahan. Hal itu karena tumbuh di pesisir pantai dan di sekitar kebun kopinya terdapat tumbuh-tumbuhan liar seperti jambu monyet dan lainnya sehingga memengaruhi rasa pada kopi,” kata Iwan, seperti dilansir Bisnis.com.
Kopi liberika Kayong telah memecahkan rekor penjualan kopi liberika tertinggi dan mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia. Penjualan tersebut dilakukan dalam sebuah gelaran lelang kopi di Kamus Kopi Indonesia. Di acara tersebut, kopi khas Kayong tersebut terjual seharga Rp8 juta per kilogram.
Para penawar kopi tersebut berasal dari Korea Selatan hingga Kanada, tetapi pemenang lelang tersebut merupakan orang Indonesia dengan tawaran Rp3,5 juta per 440 gram. “Kalau kita konversikan berarti satu kilogramnya hampir Rp8 juta,” kata Steve Ganiputra Hidayat, pemilik Kamus Kopi Indonesia.
Steve menjelaskan bahwa dirinya tertarik menjual kopi Kayong karena dinilai memiliki potensi, tetapi belum banyak dikenal pecinta kopi di Indonesia.
Yusianto, seorang pencicip kopi dan peneliti dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) di Jember mengatakan kopi liberika oleh masyarakat biasa disebut kopi nongko (nangka) karena memiliki biji besar, bisa dua kali lipat dari biji kopi arabika, dan rasanya ada aroma sayuran. Daun kopi liberika juga mengandung lebih banyak kafein dibanding bijinya.
Kebanyakan kopi liberika tumbuh subur di dataran rendah dengan ketinggian 400-600 mdpl. Untuk menanam jenis kopi ini, dibutuhkan daerah dengan suhu ideal maksimal 27-30 derajat Celsius dengan curah hujan sekitar 1.500-2.000 mm per tahun, lengkap dengan sinar matahari penuh dan berada di bawah pepohonan lain. [red]
Discussion about this post