PRANALA.CO – Kalimantan Timur (Kaltim) mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2013 dengan capaian sebesar 7,26% pada kuartal I/2024.
Sektor pertambangan, khususnya batu bara, menjadi pendorong utama dengan kontribusi signifikan sebesar 4,79% terhadap pertumbuhan ini.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim Budi Widihartanto menyatakan peningkatan harga batu bara di pasar internasional, terutama akibat sanksi AS terhadap Rusia, serta permintaan domestik yang tinggi untuk konsumsi listrik, telah memainkan peran kunci dalam pertumbuhan ini.
“Sementara penyumbang pertumbuhan tertinggi dari sisi pengeluaran ialah net ekspor. Tingginya andil pertumbuhan pada komponen net ekspor didorong oleh ekspor Kaltim yang tumbuh 7,17% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan sebelumnya, yakni 6,03% (yoy),” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (7/5/2024).
Dia menambahkan, peningkatan ekspor Kaltim di kuartal I/2024 didorong oleh peningkatan ekspor hasil minyak dari sisi migas serta nilai ekspor batu bara yang meningkat.
Meskipun tren menunjukkan penurunan sejak periode 2010-2015, batu bara tetap memegang peranan penting, dengan pangsa sekitar 70% hingga 80% dari sektor pertambangan.
“Berdasarkan pola historis, pergerakan sektor pertambangan dipengaruhi oleh pergerakan harga batu bara, kemampuan produksi termasuk pengaruh cuaca, permintaan dalam dan luar negeri, nilai tukar/ suku bunga, kebijakan pemerintah.”
Seperti pengurangan emisi GRK atau penggunaan EBT, serta komponen lainnya. Dengan mempertimbangkan komponen dimaksud, potensi kontribusi yang tinggi dari batu bara masih terbuka,” terang Budi.
Dia menyebutkan dengan adanya kebijakan energi hijau dan transisi ke Energi Baru Terbarukan (EBT), diperlukan persiapan untuk sektor unggulan lain yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Kaltim yang berkelanjutan.
Selain itu, Budi mengungkapkan bahwa Kalimantan Timur juga unggul dibandingkan dengan provinsi lain di Kalimantan dan nasional, terutama karena kontribusi besar dari sektor konstruksi yang telah meningkat sejak pembangunan IKN dimulai.
Sektor konstruksi telah memberikan kontribusi rata-rata sebesar 10,16% sejak kuartal IV/2022, menopang perekonomian Kaltim bersama dengan sektor pertambangan dan industri pengolahan.
Budi Widihartanto menuturkan strategi untuk meningkatkan PDRB Kaltim ke depannya meliputi peningkatan ketahanan pangan, pemerataan pembangunan infrastruktur dasar, pembangunan infrastruktur perhubungan, pembentukan pusat perdagangan dan ekonomi yang terkoneksi antara kota-kota utama di Kaltim, serta pengembangan industri hilirisasi SDA untuk mendukung penggunaan EBT.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Mulawarman Hairul menjelaskan pertumbuhan ekonomi Kaltim sebesar 7,26% menandakan kembalinya situasi ke kondisi normal.
“Angka pertumbuhan sebesar 7,26% itu keren, tetapi kita harus memperhatikan faktor-faktor lain,” katanya.
Menurutnya, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Pertama, inflasi tiket pesawat terutama karena banyak komoditas yang tidak berasal dari Kaltim, sehingga inflasi tiket pesawat dapat mempengarhui harga barang akibat pengiriman kargo.
“Selain itu, kita perlu waspada terhadap lonjakan harga energi yang dapat dipicu oleh konflik dan pemilu di AS, serta dampak perubahan iklim. Pemerintah perlu mencari terobosan untuk menghadapi tantangan-tantangan ini,” pungkasnya. (*)
Discussion about this post