TIM Gugus COVID-19 Kota Bontang gencar melaksanakan rapid test massal. Ini menjadi salah satu syarat diterapkannya new normal atau kenormalan baru di tengah pandemi Covid-19.
Memasuki gelombang kedua, Tim Gugus memulainya sejak 3 Juni di pusat keramaian. Seperti, kafe, tempat makan, pelabuhan, hingga terminal. Sejak dua hari, screening massa itu sudah ada 238 orang jalani rapid test alias tes cepat, hasilnya 3 orang hasil rapid tes reaktif.
“Sejak 3 Juni sudah lakukan rapid test massal. Screening massa masih terus akan dilakukan dan hasil screening ditindaklanjuti sesuai penatalaksanaan kasus,” jelas Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Bontang, dr Bahauddin, Kamis, 4 Juni 2020.
Direncanakan, rapid test massal tahap kedua menarget sebanyak 550 orang. Pada akhir Mei lalu, tim gugus covid-19 Kota Bontang telah melakukan rapid test massal pertama di 9 titik, dengan total 450 orang.
Untuk diketahui, pemeriksaan rapid test bila dilakukan secara umum, warga harus merogoh kocek mulai dari Rp 400 ribu sampai Rp 550 ribu. Sementara rapid test massal yang dilakukan pemerintah gratis alias tak dipungut biaya. Artinya rugi apabila masyarakat menolak tawaran untuk di-rapid test.
Dijelaskannya alat rapid test dapat memeriksa adanya imun tubuh yang bekerja di dalam tubuh manusia. Apabila diketahui imun tubuh bekerja, dipastikan ada virus di dalamnya. Namun tak serta merta virus covid-19.
Tiga Kriteria Yang Wajib Dipenuhi New Normal
dr Bahauddin menjelaskan kesiapan dari sektor kesehatan mutlak diperlukan guna mengantisipasi kegagalan pada terapan kehidupan normal.
Baha menjabarkan, ketiga syarat itu adalah, Pertama Tim Gugus COvid-19 Bontang harus bisa mengendalikan epidemologi dengan melihat reproduction number (Ro) atau angka reproduksi virus corona dan reproduksi efektif (Rt). Sebab, ketika menerapkan new normal setidaknya Ro harus di bawah angka satu atau tidak ada penambahan kasus baru selama dua minggu terakhir.
Kedua, hal yang harus dipersiapkan dalam mengahadapi era kenormalan baru ialah menyediakan fasilitas dan logistik kesehatan yang mumpuni.
“Kesediaan rumah sakit, puskesmas, tempat tidur, ruang isolasi, jumlah tenaga kesehatan baik dokter atau perawat, alat kesehatan seperti ventilator harus benar-benar disiapkan dengan baik,” jelas Bahauddin.
Dan yang ketiga adalah, pemerintah perlu melakukan surveilans dengan baik dengan cara melakukan tes covid-19 menggunakan metode PCR atau swab tes.
“Menggencarkan tes masal covid-19 sebanyak banyaknya melalui metode PCR atau swab tes bukan rapid test,” imbuhnya.
Menurut dia, ketiga kriteria ini juga diperlukan untuk menghadapi gelombang kedua penyebaran covid-19 jika pemerintah gagal menerapkan skema new normal.
“Ini tiga hal yang harus benar-benar diperhatikan jadi ketika new normal gagal dan terjadi gelombang kedua penyebaran covid-19 pemerintah sudah siap,” tandasnya
Discussion about this post