Pranala.co, BONTANG – Keluhan orangtua murid yang anaknya gagal masuk sekolah negeri kembali mencuat. Salah satunya datang dari warga Tanjung Laut Indah yang kecewa karena sang anak tak diterima di SMP Negeri 7 Bontang, meski rumahnya sangat dekat dengan sekolah.
Namun, pihak sekolah menegaskan, mereka tidak memiliki wewenang menentukan siapa yang diterima atau ditolak. Semua proses Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) sudah otomatis dan dikendalikan sistem digital.
“Kami di sekolah hanya operator. Semua diatur sistem. Kalau kuota sudah penuh, pendaftaran tertutup otomatis,” ujar Humas SMPN 7 Bontang, Rakhman Halim, saat ditemui Pranala.co, Senin (29/7/2025).
Menurut Rahman, sistem SPMB di Bontang tahun ini dibuka melalui lima jalur, yakni: Zonasi – Maksimal 400 meter dari sekolah. Afirmasi – Untuk keluarga miskin, wilayah 3T, dan anak guru/GTK. Prestasi – Berdasarkan nilai akademik dan non-akademik; dan Mutasi – Untuk siswa yang ikut orang tua pindah tugas.
“Ada juga jalur Inklusi. Ini untuk penyandang disabilitas, melalui asesmen khusus,” katanya.
Khusus jalur zonasi, jarak menjadi syarat mutlak. Beda beberapa meter saja bisa membuat calon siswa gugur. “Kalau dipaksakan, sistem akan otomatis menolak. Itu bisa memicu masalah,” jelasnya.
Bagi keluarga miskin, jalur afirmasi bisa menjadi solusi. Tapi tetap ada syarat, salah satunya memiliki kartu program keluarga harapan yang dikeluarkan pemerintah. Itu sebabnya pengurusan kartu itu harus dilakukan sebelum masa pendaftaran dibuka.
“Kalau telat ngurus surat, bisa kehabisan kuota. Setiap jalur punya waktu dan kuota masing-masing,” terang Rahman.
Adapun jalur prestasi, bersifat kompetitif. Nilai akademik dan non-akademik menjadi acuan. Nilai rendah otomatis tersingkir karena sistem hanya mengambil yang terbaik.
Rahman mengingatkan orang tua untuk membaca petunjuk teknis SPMB secara cermat. Kesalahan jalur, dokumen, atau keterlambatan bisa berakibat fatal.
“Sistem sudah digital dan terintegrasi. Kalau salah jalur atau telat, tidak bisa diganggu. Kami tidak bisa intervensi.”
Cerita Warga: Rumah Dekat, Tapi Tak Masuk Zona
Keluhan datang dari seorang ibu yang tinggal di Tanjung Laut Indah. Rumahnya hanya “sepelemparan batu” dari sekolah. Namun, jarak rumah ke SMPN 7 Bontang ternyata melebihi 400 meter.
Ia sempat mencoba jalur prestasi dan mendaftar ke sekolah lain. Tapi tetap gagal. Jalur afirmasi pun tak bisa ia manfaatkan karena terlambat mengurus dokumen.
“Kalau bisa, saya tetap ingin anak sekolah di negeri. Tapi suami sudah lama tidak bekerja. Kami tak sanggup biaya sekolah swasta,” ucapnya lirih. (fr)







