pranala.co – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengingatkan adanya kemungkinan harga mi instan di pasaran naik sampai tiga kali lipat dalam waktu dekat. Penyebabnya adalah impor gandum dari Rusia dan Ukraina terganggu.
Dia juga mengingatkan potensi krisis pangan yang bisa melanda sejumlah negara di dunia. Dengan mengutip data Bank Dunia dan IMF, dia mengatakan bahwa kelaparan berpotensi dialami 13 juta orang di dunia.
“Itu udah mulai di Ethiopia. Ada 62 negara yang menuju krisis pangan,” ungkap Syahrul dikutip dari kanal YouTube Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Rabu (10/9/2022).
Menurut Syahrul, kondisi yang tak menentu ini diperparah dengan adanya perang antara Rusia dan Ukraina. Salah dampaknya adalah akan adanya kenaikan harga mi instan.
“Belum selesai dengan climate change, kita dihadapkan dengan perang Ukraina dan Rusia, di sana gandum tertimbun 180 juta ton sekarang, enggak bisa keluar,” kata dia.
Ia memprediksi bahwa nilai kenaikannya bakal terasa signifikan. Dia bahkan menyebut bahwa kenaikannya bisa mencapai tiga kali lipat dari harga saat ini.
“Jadi hati-hati yang makan mie banyak dari gandum, besok harganya (naik) tiga kali lipat itu,” bebernya.
Saat ini Rusia dan Ukraina merupakan negara penghasil gandum terbesar dunia. Kedua negara menyuplai sekitar 30-40 persen dari kebutuhan gandum dunia. Dengan situasi perang saat ini, gandum menjadi langka karena pasokan terhambat.
Sebelumnya, pemerintah gencar mendorong penanaman sorgum sebagai substitusi gandum. Presiden Joko Widodo atau Jokowi juga telah meminta jajarannya untuk mencetak lahan sorgum hingga 154 hektare sampai 2024 nanti.
Merespons permintaan itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pun mengaku hingga Juni 2022 realisasi luas tanam sorgum sudah mencapai 4.355 hektare dan tersebar di enam provinsi.
Luas tanam sorgum tersebut memiliki perkiraan produksi sebesar 15.243 ton atau dengan produktivitas 3,63 ton per hektare.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Hari Prihatono pun meyakini sorgum dapat menjadi alternatif atau subtitusi impor gandum, bahan pakan ternak, maupun bioetanol.
Menurutnya, sorgum merupakan tanaman serealia yang menurutnya potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan di Indonesia.Khususnya, pada daerah-daerah marginal dan kering di Indonesia dan tidak memerlukan perawatan yang tinggi.
Menurut Hari, sorgum juga memiliki produksi biji dan biomassa yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tebu dan serealia lain. Kebutuhan air untuk tanaman sorgum hanya sepertiga dari tebu dan setengah dari jagung.
Sorgum juga memerlukan pupuk relatif lebih sedikit dan pemeliharaannya lebih mudah. Selain itu, umur panen sorgum lebih cepat 100-110 hari setelah tanam. Sekali tanam, kata dia, sorgum dapat dipanen dua hingga tiga kali dalam setahun.
Namun, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai langkah pemerintah untuk mengembangkan sorgum sebagai substitusi impor gandum tidak realistis.
“Belum bisa. Skala produksinya masih terlalu kecil,” ujarnya mengutip Tempo, Sabtu, 6 Agustus 2022.
Persoalan skala produksi ini dianggap signifikan karena hanya sebagian wilayah di Nusa Tenggara atau di Indonesia bagian Timur yang bisa ditanami sorgum. Sementara itu di wilayah lainnya, masyarakat lebih tertarik menanam beras karena faktor stabilitas harga.
Ia berpendapat jika proyek pemerintah ini hanya sebagai inisiasi, maka masih memungkinkan tercapai. Namun apabila targetnya untuk mengantikan posisi gandum, menurutnya belum bisa.
“Dan saya kira yang paling penting sekarang kalau mau serius gausah muluk-muluk lah, untuk sorgum bisa menjadi pangan yang bisa menggantikan beras di kawasan NTB NTT itu sudah lebih dari bagus,” ujarnya.
Bhima berharap pemerintah dapat memperbaiki dulu food estate yang sudah ada sekarang, baru membahas soal komoditas lainnya. Sehingga anggaran untuk proyek tersebut tidak terbuang percuma.
Apalagi jika pemerintah ingin menjawab krisis pangan, perlu dipikirkan jangka waktu proyek ini membuahkan hasil.
“Ternyata proyeknya masih 10-20 tahun lagi berhasilnya, padahal krisis pangannya terjadi sekarang,” tuturnya.
Berdasarkan pantauan Redaksi Pranala.co di e-coomerce Shopee harga mi instan dijual mulai dari Rp3 ribuan per bungkus.
Salah satu official store Wings Group yang terkenal dengan Mie Sedaapnya membanderol mie instan goreng sebesar Rp3 ribu per bungkus. Sementara untuk mie Suksess seharga Rp3.400 per bungkus.
Tak jauh beda, merek Indomie juga menjual mie instan goreng dengan harga Rp3.300 per bungkus. Harga tersebut juga berlaku untuk mie instan kuah dengan rasa ayam bawang, kari ayam, dan ayam spesial. **
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post