BONTANG – Proyeksi APBD Bontang di Semester kedua naik menjadi sebesar Rp 2,5 triliun. Kenaikan proyeksi APBD ini tercatat merupakan yang paling tinggi semenjak Bontang disahkan sebagai Kota.
Akan tetapi, angka Rp 2,5 T tersebut bukan diperoleh dari PAD, melainkan dari dana transfer pusat yang memang meningkat.
“Sebenarnya karena tambahannya bukan karena kerja Pemkot. Siapapun kepala daerahnya kalau begini pasti naik APBD,” kata Ketua DPRD Bontang, Andi Faizal Sofyan Hasdam.
Diketahui bahwa PAD diperoleh dari 4 pos sumber pendapatan, yaitu Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-lain dari PAD yang sah.
Dari sektor Pajak Daerah, ada 11 Objek Pajak diantaranya Pajak Hiburan hingga Pajak Reklame. dan pos pendapatan ini paling dalam turun, diprediksi mencapai angka sebesar Rp 23 miliar.
Kemudian yang kedua dari sektor Retribusi Daerah, diantaranya penerimaan dari dinas yang memungut retribusi seperti parkir hingga layanan kesehatan yang mana juga turun dari Rp 4,1 miliar menjadi Rp 2,7 miliar.
Yang ketiga, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, pemasukan paling tinggi disumbang dari penerimaan BUMD. Semula targetnya Rp 4,2 miliar, kini diprediksi turun menjadi sebesar Rp 3,5 miliar.
Dan yang keempat adalah Penerimaan Daerah dari Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang Sah meningkat, yang mana bersumber dari besaran seperti selisih pengadaan barang dan jasa.
“Kami minta Pemkot harus digenjot PAD yang ada. BUMD juga di-push supaya berkontribusi,” ungkap Andi Faiz.
Sementara saat dikonfirmasi secara terpisah, Sekretaris Daerah Bontang, Aji Erlynawati mengatakan bahwa pemerintah sudah berupaya mengenjot PAD dari potensi-potensi yang ada.
Hanya saja, ada beberapa pos mengalami tekanan di lapangan, seperti penerimaan dari Pemotongan Rumah Hewan (RPH).
“Karena sekarang banyak konsumsi daging frozen, makanya jumlah sapi yang dipotong berkurang. Walaupun tidak signifikan tapi salah satu kasus seperti itu,” kata Aji. (ADS/DPRD BONTANG)
Discussion about this post