pranala.co – Penerapan New Normal di Kaltim Beda Jauh dari Saran WHO. Penambahan pasien positif virus corona atau COVID-19 di Kaltim belum berhenti. Tiap hari pasien terkonfirmasi positif corona selalu ada. Bahkan, tingkat kejadian pun ikut meningkat. Hingga kini berada di rasio 139 per 100 ribu penduduk. Atau dengan kata lain positif rate 25 persen.
“Ini jauh dari batas yang ditetapkan WHO (organisasi kesehatan dunia) untuk bisa menerapkan adaptasi kebiasaan baru di angka 5 persen,” terang Andi Muhammad Ishak, juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Kaltim, dalam rilis hariannya, Selasa (8/9) petang.
Seperti pada 8 September 2020 ini kembali bertambah 92 orang terkonfirmasi. Dengan rincian 38 Balikpapan, dan 24 dari Samarinda, kemudian 23 dari Kutai Kartanegara (Kukar) dan 7 Kutai Timur (Kutim). Akumulasi positif COVID-19 di Kaltim pun menanjak menjadi 5.273 kasus. Dengan penambahan kasus ini, tingkat kejadian di Kaltim terus naik dan sekarang sudah 139 per 100 ribu penduduk.
“Ini angka yang sangat tinggi,” tegasnya.
Menurut Andi, angka tersebut patut menjadi perhatian. Pasalnya, kasus COVID-19 di Kaltim terus menunjukkan peningkatan. Bahkan terus bertambah tanpa ada jeda. Apabila tak ada upaya aktif menjaga diri agar tak tertular, kasus ini akan sangat lama bisa dikendalikan.
Ingat, tak hanya Kaltim yang berhadapan dengan wabah ini, tapi seluruh dunia. Bahkan dengan penambahan pasien positif yang menjadi-jadi. Kasus meninggal dunia terus ditemukan.
Seperti terlapor pada 8 September 2020 ini, delapan kasus lagi yang tak tertolong. Dengan tambahan kasus ini, tingkat kematian di Kaltim masih 4,2 persen. Sementara total kasus kematian se-Kaltim mencapai 225 orang.
“Semuanya dikebumikan sesuai protrokol COVID-19,” sebut sekretaris Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim ini.
Meski demikian, pasien sembuh juga ikut bertambah, kini jumlahnya telah mencapai 3.019 orang. Tingkat kesembuhan pun masih di angka 57,2 persen. Jauh di bawah rata-rata nasional yang berada di atas 70 persen.
Sedangkan jumlah pasien dalam perawatan sebanyak 2. 029 orang. Otoritas di daerah pun berupaya terus mempercepat penemuan kasus melalui tracing dan testing. Sehingga kasus positif cepat terdeteksi. Tak menunggu kondisi sudah parah atau komplikasi dengan beberapa penyakit sebelum dirujuk ke rumah sakit.
“Kecepatan mendeteksi sangat membantu agar masyarakat cepat terlayani sebelum kondisinya parah,” ujarnya. **
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post