PRANALA.CO, SAMARINDA – Pertumbuhan ekonomi rumah tangga di Kalimantan Timur (Kaltim) menunjukkan tren perlambatan pada kuartal II/2024. Meminjam data Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPWBI) Kaltim, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh sebesar 5,16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 5,24% (yoy), menunjukkan tanda-tanda melemahnya daya beli masyarakat.
Menurut Kepala KPWBI Kaltim, Budi Widihartanto, perlambatan tersebut merupakan cerminan dari menurunnya daya beli masyarakat yang disebabkan penurunan aktivitas di sektor-sektor utama seperti pertambangan, industri pengolahan, dan pertanian. Hal ini selaras dengan hasil survei Bank Indonesia yang menunjukkan penurunan permintaan domestik di Kaltim.
“Survei penjualan riil untuk perlengkapan rumah tangga juga menunjukkan adanya penurunan, yang menambah bukti adanya pelemahan konsumsi rumah tangga,” ungkap Budi dalam rilisnya dikutip, Kamis (17/10/2024).
Namun, di tengah perlambatan konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah daerah justru melonjak signifikan. Realisasi belanja pemerintah tumbuh sebesar 26,18% (yoy), naik dari 10,65% pada kuartal sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh lonjakan belanja transfer yang turut membantu menahan laju perlambatan ekonomi Kaltim.
Budi mengungkapkan, realisasi belanja pemerintah tumbuh hingga 10,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya yang hanya 6,1%. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh membaiknya kontraksi pada belanja transfer yang mencapai -13,9% (yoy), serta tetap positifnya pertumbuhan belanja operasional meskipun belanja tak terduga belum terealisasi.
Belanja sosial menjadi komponen utama yang mengalami lonjakan signifikan, tumbuh sebesar 81,6% (yoy). Hal ini menjadi pilar utama penopang belanja pemerintah di tengah perlambatan pada belanja pegawai dan belanja barang. Pada kuartal II/2024, belanja pegawai melambat dari 61,1% (yoy) menjadi 40,7% (yoy), disebabkan oleh sudah terlaksananya penyaluran gaji ke-13 dan Tunjangan Hari Raya (THR) pada kuartal sebelumnya.
Belanja barang juga mengalami perlambatan, dari 34,1% (yoy) menjadi 9,4% (yoy). Hal ini diakibatkan oleh menurunnya belanja barang pendukung pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) dan kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) yang sebelumnya melonjak pada tahun sebelumnya.
Meski demikian, Budi optimistis bahwa lonjakan belanja pemerintah, terutama dalam bentuk bantuan sosial, dapat memberikan dampak positif dalam menahan perlambatan ekonomi yang lebih tajam.
“Semoga dengan adanya peningkatan belanja pemerintah, daya beli masyarakat dapat kembali pulih, dan ekonomi Kaltim bisa bangkit di kuartal mendatang,” tutupnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Discussion about this post