pranala.co – Pandemi Covid-19 segera berakhir. Hal itu diungkapkan Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. Kesimpulan itu didapatkan karena angka penularan baru dan kematian akibat virus SARS-CoV-2 terus menurun.
Angka kematian mingguan bahkan berada di titik terendah sejak Maret 2020. Yakni, ketika Inggris memberlakukan lockdown nasional. ’’Kita tidak pernah berada dalam situasi yang lebih baik dari ini untuk mengakhiri pandemi. Pandemi belum berakhir, tapi titik akhirnya sudah terlihat,’’ ujar Ghebreyesus seperti dikutip Agence France-Presse.
Berdasarkan data WHO, kasus Covid-19 yang dilaporkan pada pekan kedua September mencapai 3,1 juta. Itu turun 28 persen dibandingkan pekan sebelumnya. Pada pekan sebelumnya juga terjadi penurunan hingga 12 persen.
Angka kematian pada minggu pertama bulan ini turun 5 persen dengan total fatalis 13.700 orang. Pada pekan kedua, angka kematian turun hingga 22 persen dengan total korban jiwa 11 ribu orang.
Meski jumlah kasus baru dan kematian terus turun, Ghebreyesus meminta pemerintah tiap negara tidak lengah. Mereka justru harus berjuang lebih keras agar tidak ada lagi varian baru, tambahan kematian ataupun ketidakpastian. Ghebreyesus mengibaratkan situasi saat ini seperti pelari maraton yang sudah dekat garis finis. Saat ini bukan waktunya berhenti berlari.
’’Ini adalah waktunya berlari lebih cepat dan memastikan kita melewati garis finis serta menuai hasil dari semua kerja keras kita,’’ tegasnya seperti dikutip The Guardian.
WHO merilis enam ringkasan kebijakan Rabu (14/9/2022). Di dalamnya diuraikan tindakan utama yang harus diambil pemerintah untuk mengakhiri pandemi. Di antaranya meminta mulai memvaksin semua orang yang memiliki risiko tinggi seperti lansia dan petugas medis.
Termasuk tetap melakukan pengetesan dan penyelidikan varian baru. Ghebreyesus menegaskan, pandemi bisa berakhir jika setiap negara, produsen vaksin, komunitas, dan individu mengambil tindakan dan memanfaatkan peluang yang ada saat ini.
Pemimpin teknis WHO untuk Covid-19 Maria Van Kerkhove berbeda pendapat. Menurut dia, jumlah kasus yang dilaporkan ke WHO terlalu rendah. Penurunan kasus terjadi karena banyak negara telah mengurangi pengujian Covid-19. Selain itu, kasus yang ringan tidak terdeteksi. Varian Omicron memang rata-rata hanya menyebabkan gejala menyerupai pilek biasa.
’’Kami merasa bahwa lebih banyak kasus yang benar-benar beredar daripada yang dilaporkan kepada kami,’’ ujarnya.
Sejak awal pandemi, WHO telah menghitung lebih 605 juta kasus dan sekitar 6,4 juta kematian. Angka tersebut diyakini masih terbilang rendah dibandingkan yang terjadi riil di lapangan. Van Kerkhove menegaskan, kemungkinan masih akan ada gelombang infeksi baru di masa depan.
Bisa jadi itu disebabkan oleh sub-varian Omicron yang berbeda atau bahkan varian lainnya. Namun, gelombang penularan itu bukan berarti akan ada gelombang kematian. Dengan kata lain, bisa jadi kasusnya hanya ringan-ringan, bukan seperti varian Delta dulu.
Direktur kedaruratan WHO Michael Ryan menegaskan, meski jumlah kasus mungkin turun, tingkat kewaspadaan harus dipertahankan agar tetap tinggi. Itu karena virus SARS-CoV-2 bisa sangat mudah berkembang dan beradaptasi membentuk varian baru.
Menanggapi hal itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, untuk menetapkan pandemi selesai, harus ada pernyataan seluruh pemimpin dunia. Namun, dia memastikan kondisi di Indonesia dalam keadaan baik.
Lebih lanjut, Budi memprediksi awal tahun depan tingkat imunitas masyarakat Indonesia kembali turun. Itu, menurut dia, hal yang wajar. Sebab, durasi kekebalan vaksin Covid-19 hanya bertahan enam bulan pascapenyuntikan. ”Kami akan kejar untuk yang belum booster,” ungkapnya.
Hingga kemarin sudah 62.173.952 orang yang mendapat vaksin ketiga dan 515.178 orang yang disuntik vaksin keempat. Budi menargetkan pada akhir tahun ini tingkat vaksinasi booster meningkat. Booster pertama ditargetkan bisa disuntikkan kepada 100 juta orang. ”Kalau bisa 100 juta itu kita bisa tenang,” tuturnya.
Budi juga menyinggung vaksin buatan tanah air, yakni Vaksin Merah Putih. Kemenkes, menurut dia, pasti akan menggunakan vaksin tersebut jika sudah selesai. ”Kementerian Kesehatan komitmennya ingin mereka (industri dan peneliti vaksin) maju,” ucapnya.
Dia akan membeli vaksin buatan dalam negeri itu untuk booster. Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengamini bahwa akhir dari Covid-19 bisa jadi dalam waktu dekat. Menurut dia, pandemi ini tidak akan terjadi bertahun-tahun. ”Apakah akhir tahun ini atau triwulan tahun depan akan dicabut (status pandeminya), itu tergantung dari sisi cakupan vaksinasi global,” ujarnya kemarin.
Vaksinasi Covid-19, menurut Dicky, harus ditingkatkan. Terutama pada tataran global. Setidaknya 70 persen dari populasi global harus divaksin. Pasca-vaksinasi terjadi tren penurunan kasus. ”Jumlah virus yang ditularkan dari tiap orang terinfeksi tapi sudah divaksin juga berkurang,” ungkapnya.
Dicky juga sepakat bahwa status pandemi di Indonesia cukup terkendali. Namun, Indonesia cukup rawan. Sebab, kelompok rentan seperti lansia dan pemilik komorbid belum mendapatkan booster. (*)
Discussion about this post