WALI Kota Bontang Neni Moerniaeni tertegun menatap kerumunan wartawan di depannya. Di tangan kirinya ada beberapa lembar kertas bertuliskan sejumlah data terkait Virus Corona Covid-19 di kota yang dipimpinnya.
Suasana di depan rumah jabatan Wali Kota Bontang sedikit menegangkan. Sore itu, Senin, 23 Maret 2020, dengan berat hati dia mengumumkan ada warganya terkonfirmasi positif Covid-19.
“Dengan adanya kasus positif, Bontang dalam keadaan Kejadian Luar Biasa,” katanya parau.
Pandemi Covid-19 telah berubah menjadi kewaspadaan hampir di setiap tempat. Di beberapa negara bahkan sudah berubah menjadi ketakutan.
Jumlah pasien terjangkit terus bertambah. Sedangkan korban meninggal dunia juga terus menunjukkan grafik menanjak.
Wali Kota Neni sudah mengupayakan semaksimal mungkin agar daerahnya tak tertular. Namun apa daya, klaster-klaster besar penyebaran Covid-19 memang tak bisa dibendung. Warga yang masih melakukan kegiatan di luar daerah membawa virus itu hingga harus diisolasi.
Tak ada pilihan selain terus bekerja keras agar penularan bisa diminimalisir. Tracing contact dari setiap klaster terus dikebut. Mereka yang baru pulang dari luar daerah diminta menahan diri di rumah.
Bontang adalah kota kecil dengan dua industri besar. Industri gas alam cair dan industri pupuk ada di kota seluas 497 kilometer persegi ini. Karena kecil, penyebaran Covid-19 bisa diminimalisir secara maksimal, juga bisa menyebar dengan mudah.
Neni Beruntung, banyak pihak membantunya dalam program upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Perusahaan, organisasi dan lembaga, hingga masyarakat proaktif menjalankan upaya-upaya pencegahan.
Hanya saja, kebijakan-kebijakan yang diambil untuk mengatasi pandemi ini tentu akan berdampak pada kehidupan sosial warga Bontang. Pekerja harian atau warga yang harus keluar rumah untuk bekerja jadi terhambat dan kesulitan mencari nafkah.
“Perlu kepedulian kita semua, bahu-membahu untuk saling membantu mencegah virus ini. Penanganan pasien sudah ada petugas medis, namun masyarakat yang terdampak juga perlu dipikirkan,” kata Neni, Ahad (29/3/2020).
Sebagai inisiatif awal, Neni menyumbangkan gajinya untuk dibelikan keperluan kebutuhan masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19. Rencananya, gaji selama enam bulan akan disumbangkan.
“Nominalnya enggak usah di-publish ya. Sebagian disumbangkan ke tim gugus tugas, ada juga untuk warga yang terdampak dengan wabah ini,” kata Neni dikonfirmasi.
Bantuan tersebut disalurkannya melalui organisasi atau lembaga penyalur yang memiliki data warga terdampak. Tentu saja agar penyaluran bisa tepat sasaran.
Neni berharap agar masyarakat mampu yang tidak merasakan dampak kebijakan pencegahan penyebaran Covid-19 bisa turut membantu. Paling tidak, kata Neni, proaktif melaporkan setiap kejadian di lingkungannya.
“Walaupun jarak fisik kita jaga, namun jarak persaudaraan dan kekeluargaan harus tetap dekat, kepedulian sosial tetap harus dipelihara. Bagi yang mampu untuk berbagi, tumbuhkan jiwa kesetiakawanan sosial,” ungkap Neni.
Kepedulian sesama warga penting dilakukan saat kondisi seperti saat ini. Warga mampu yang bisa bekerja dari rumah, diharapkan memberikan bantuan, minimal kepada tetangga terdekatnya.
Berapapun jumlahnya, sebut Neni, bisa menginspirasi warga lain untuk tidak diam melihat kondisi lingkungannya. Lakukan pencegahan dengan jaga jarak, serta memantau kondisi warga lain yang terdampak akibat kebijakan pemerintah berdiam di rumah.
“Walaupun gaji wali kota tidak besar, minimal bisa membantu orang yang tidak mampu,” ujarnya.
Kota sekecil Bontang kini harus melawan pandemi. Upaya maksimal sebisa mungkin dilakukan agar kenyamanan yang selama ini menyelimuti kota industri itu tetap terjaga.
Mereka tentu berharap, Covid-19 segera berakhir. Hampir semua orang merindukan aktivitas normal seperti sebelumnya. “Semoga Allah melindungi kita semua dan wabah Virus Corona cepat hilang dari muka bumi,” harapnya. ***
Discussion about this post