pranala.co – Salim atau mencium tangan kepada orang tua atau yang lebih tua sudah menjadi budaya Indonesia terutama di Kota Samarinda. Namun, bagi warga negara asing, kebiasaan tersebut menjadi sesuatu yang aneh.
Hal tersebut yang pertama kali dirasakan Maria Majewska, seorang pelajar Polandia yang menjadi peserta pertukaran siswa di Indonesia. Remaja berusia 18 tahun yang sekarang sedang belajar di SMK TI Airlangga Samarinda mengaku kaget dengan budaya tersebut.
Peserta pertukaran pelajar ini diarahkan untuk benar-benar merasakan menjadi warga setempat termasuk tempat tinggal. Maria tinggal bersama warga Samarinda. Perbedaan budaya awalnya membuat gadis cantik itu menjadi kaget terutama saat hendak berangkat ke sekolah.
Menurutnya, setiap berangkat sekolah, anak-anak dari pemilik rumah yang masih kecil selalu mencium tangannya atau salim. Hal tersebut tidak ditemukan di negara asalnya, Polandia.
Pada akhirnya, dia mengaku mendapat penjelasan jika budaya salim adalah bentuk nyata sebuah respek kepada orang tua, guru, kakak, atau orang yang dianggap tua.
“Awalnya saya kaget. Saya tidak tahu itu apa. Tapi lama-lama, saya jadi terbiasa. Ini semacam respek dan penghormatan kepada yang lebih tua. Saya suka, karena itu, budaya salim (cium tangan) ini akan saya bawa ke Polandia,” ujarnya dikutip dari laman Pemprov Kaltim, Minggu (30/10/2022).
Selama menjadi peserta pertukaran pelajar, Maria juga mengaku banyak belajar toleransi dari keluarga angkatnya di Kota Samarinda. Meskipun dia nonmuslim dan tinggal bersama keluarga muslim, hal tersebut tidak menjadi masalah atau membatasi dirinya melebur dalam tiga bulan terakhir.
Dia juga melihat di lingkungan sekolah terdapat beberapa agama lain. Dia mengaku salut karena toleransi hidup di Indonesia sangat luar biasa.
“Agama memang berbeda. Tapi nilai-nilai yang diajarkan sama,” ujar Maria yang fasih berbahasa Indonesia.
Pelajar itu juga mengaku jatuh cinta dengan makanan Indonesia. Terutama penganan kue ilat sapi yang tidak ditemukannya di Polandia.
“I like bubur ayam and nasi goreng. Nasi kuning juga. Kalau kue saya suka ilat sapi. We don’t have. Kalau buah saya suka rambutan. Itu tidak ada di Polandia,” ucap Maria seraya tersenyum.
Maria yang akan kembali ke Polandia 9 November mendatang berjanji akan kembali kee Kota Samarinda. “Saya akan kembali ke Samarinda suatu hari nanti,” jawab Maria.
Pelajar yang akan kembali ke Polandia pada 9 November nanti itu sebelumnya mendapat kesempatan menyaksikan langsung upacara peringatan sumpah pemuda di Titik Nol IKN Nusantara.
Dalam kesempatan tersebut, dia bertemu dengan pemuda pemudi yang datang dari 34 provinsi di Indonesia. Mereka hadir dengan pakaian dan adat budaya yang berbeda, namun bersatu padu dalam semangat Sumpah Pemuda.
“Ini pengalaman yang hebat bagi saya. Di Polandia semua sama. Agama dan budaya sama. I think will be great experience for me, to see all this group, because it some new for me. Im really excited,” ucapnya. (ADS/DISKOMINFO KALTIM)
Discussion about this post