WAKIL Ketua Fraksi Golkar DPRD Bontang, Yassier Arafat menyambut baik penundaan dibukanya kembali sekolah saat Pandemi Covid-19 di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Apalagi, masih ada 6 orang pasien positif Covid-19 yang masih dirawat intensif di RSUD Taman Husada Bontang.
“Alhamdulillah, sekolah yang tadi isunya akan dibuka seiring diterapkan new normal, akhirnya murid tetap melanjutkan untuk belajar di rumah. Ini bagi saya keputusan tepat oleh Wali Kota,” ujar Yassier Arafat kepada Pranala.co, Kamis (28/5).
Yassier bilang, banyak pertimbangan untuk menunda kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah. Terutama murid Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar (SD). Usianya masih belia, membuat pola tingkah lakunya akan sulit dikontrol di sekolah. Bermain bersama teman hingga mengabaikan jaga jarak sesuai protokol kesehatan, 1-2 meter.
“Tidak mungkin semua murid bisa diawasi guru. Guru juga punya keterbatasan. Mudahan keputusan ini membuat orangtua bisa paham,” tambahnya.
Kata Yassier, kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di sekolah sebaiknya hanya boleh dilakukan di daerah-daerah dalam zona hijau, yakni daerah tanpa kasus penularan Covid-19. Bukan seperti di Bontang. Belum lagi, kota ini dikelilingi kabupaten/kota di Kaltim termasuk Zona Ungu, sudah terjadi penularan transmisi lokal.
“Jangan gegabah. Sebaiknya tidak buru-buru membuka kegiatan belajar mengajar di sekolah. Bontang ini masih berstatus KLB (Kejadian Luar Biasa, red),” tegas Yassier lagi.
Jika memang harus membuka sekolah lagi. Yassier mengusulkan hanya siswa di tingkat SMP dan SMA/Sederajat saja. Lalu, untuk pengaturan new normal di sekolah yakni menghilangkan jam istirahat dan mengurangi jam belajar hanya menjadi 4 jam saja. Hal tersebut bertujuan mencegah kepadatan anak-anak saat masuk dan keluar sekolah secara bersamaan.
Rekomendasi lainnya yakni jam masuk dan pulang antar kelas yang diberlakukan berbeda supaya anak-anak tidak berkerumun saat tiba di gerbang sekolah serta saat akan pulang.
Selain itu, fasilitas untuk mencuci tangan dengan sabun juga harus diperbanyak oleh sekolah agar tidak terjadi antrean anak-anak yang akan mencuci tangan.
Para guru dan Dinas Pendidikan, lanjut Yassier harus siap mengubah sistem model belajar di kelas apabila new normal atau era kenormalan baru diterapkan di sekolah. “Peran institusi pendidikan sudah pasti, jelas para guru harus siap remodeling sistem belajar di kelas,” ujarnya.
Politisi muda dari Golkar ini pun mengingatkan, jika kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka di sekolah tidak akan serta merta mulai dilakukan begitu tahun ajaran barudimulai Juli 2020. Tahun ajaran baru biasanya dimulai pada minggu ketiga Juli dan hari Senin. Kemungkinan besar hampir di semua daerah 13 Juli mendatang.
“Kadang-kadang ini menjadi rancu, tahun ajaran baru dikira dimulainya KBM tatap muka. Itu tidak benar. Tahun ajaran baru yang dimaksud adalah dimulainya tahun pelajaran baru 2020/2021,” ujarnya.
Terkait dengan siswa yang masih harus menyelenggarakan kegiatan pembelajaran jarak jauh, katanya, seharusnya Dinas Pendidikan memberikan dukungan untuk memperkuat sarana-prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar dari jarak jauh.
Sebab, lanjut Yassier, menurut hasil evaluasi Kemendikbud mengenai kegiatan pembelajaran daring selama 3 bulan, hanya 51 persen kegiatan pembelajaran daring yang berjalan efektif. Hal itu antara lain terjadi karena keterbatasan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang seperti perangkat elektronik hingga jaringan internet.
“Kalau pun belajar di rumah, dinas terkait harus juga memerhatikan sarana dan prasarana siswa kurang mampu misalnya. Termasuk efektifitas belajar di rumah harus terus dievaluasi,” sarannya. (*)
Discussion about this post