pranala.co – Selama ini, cecak menjadi salah satu hewan yang keberadaannya kerap dihindari oleh sebagian besar orang karena dianggap mengganggu. Bukan tanpa alasan, hal tersebut terjadi karena cecak yang dapat dengan mudah dijumpai di lingkungan sekitar biasanya kerap meninggalkan kotoran yang diyakini berbahaya bagi kesehatan manusia.
Padahal jika menilik keberadaannya, cecak sama sekali tidak menimbulkan kerugian secara berarti bagi manusia. Terlebih, hewan yang masuk ke dalam kategori reptil berukuran kecil ini juga memiliki keanekaragaman jenis yang unik dan banyak diteliti oleh para ahli zoologi, termasuk di Indonesia.
Berbeda dengan cecak yang selama ini sering dijumpai, berbagai spesies lain dari hewan satu ini nyatanya memiliki bentuk serta anatomi tubuh yang bagi beberapa pihak tertentu cukup menarik untuk dipelajari lebih mendalam dan ditelusuri berbagai variasi lainnya.
Seperti yang terjadi belum lama ini, sekelompok peneliti telah berhasil mengidentifikasi penemuan dari jenis cecak baru, yaitu cecak jarilengkung hamidy.
Sebagai pulau terbesar ketiga di dunia yang sebagian besar wilayahnya masih ditutupi oleh kawasan hutan, tak heran jika sampai saat ini masih ada berbagai jenis keanekaragaman hayati yang belum terungkap secara lebih mendetail.
Penemuan akan jenis flora dan fauna baru pada waktu tertentu sudah pasti akan terus terjadi, seperti hasil penelitian yang dipublikasi belum lama ini yaitu mengenai penemuan spesies cecak jarilengkung hamidy (Cyrtodactylus hamidyi).
Melansir publikasi pada laman resmi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), penemuan ini pertama kali dimuat dalam jurnal Zootaxa yang terbit pada tanggal 25 Agustus lalu, sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Awal Riyanto, selaku peneliti Zoologi dari Museum Zoologicum Bogoriense bersamaan dengan kolega dari lintas negara asal Jepang, Amerika Serikat, dan peneliti dari Indonesia sendiri.
Dijelaskan bahwa penemuan cecak jenis baru ini bermula dari pemeriksaan detail spesimen Cyrtodactylus asal Kalimantan, yang tersimpan di Museum Zoologicum Bogoriense dalam rangka mengungkap diversitas marga cecak jarilengkung di Indonesia.
“Saat pemeriksaan spesimen koleksi marga cecak jarilengkung dari Kalimantan, kami mengidentifikasi beberapa spesies baru. Salah satunya C. hamidyi yang baru terbit ini. Adapun tiga lainnya sedang dalam finalisasi penulisan manuskripnya. C. hamidyi semula adalah empat spesimen berlabel C. baluensis dan dikoleksi tahun 2011 dari Kalimantan Timur,” papar Riyanto.
Dari hasil penelitian, terungkap bahwa spesies cecak baru ini mempunyai panjang tubuh hingga 63 milimeter dengan permukaan tubuh berwarna dasar cokelat. Kemudian, spesies ini memiliki corak semilunar di bagian belakang kepala, dan semacam garis melintang coklat gelap pada punggung yang dibatasi oleh pola jaringan putih namun terkadang membentuk garis vertebral.
Sementara pada bagian tubuh lainnya yaitu ekor memiliki pola melintang cokelat gelap dengan selang seling corak berwarna putih.
Masih menurut sumber yang sama, Riyanto mengungkap bahwa C. hamidy memiliki kemiripan paling dekat dengan spesies C.matsuii dari segi morfologi. Dijelaskan bahwa satu-satunya perbedaan kecil yang dimiliki muncul dari segi jumlah tuberkular punggung, pori-pori precloacal, dan jumlah baris sisik ventral.
Di balik penemuan tersebut, para peneliti yang telah mempelajari spesies cecak jarilengkung ternyata memutuskan untuk menyertakan nama Hamidy dengan merujuk kepada salah satu ilmuwan zoologi Indonesia yang ahli dalam cabang herpetologi, yaitu Amir Hamidy.
Pria asal Pacitan yang merupakan lulusan dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada tahun 2004 tersebut, merupakan salah satu dari sedikit ilmuwan Indonesia yang memiliki kehormatan untuk bergabung dalam the Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora.
Sebagai Ketua Perhimpunan Herpetologi Indonesia yang kerap melakukan penemuan-penemuan besar, Hamidy juga diketahui menjadi salah satu ilmuwan yang kerap mengidentifikasi penemuan berbagai jenis hewan spesies baru di antaranya Rhacophorus indonesiensis pada tahun 2015, dan Leptophryne javanica pada tahun 2018.
“Nama Hamidy ini kami sematkan sebagai penghormatan dan penghargaan kami kepada Dr. Amir Hamidy salah satu herpetologis Indonesia, atas dedikasinya dalam mengajarkan dan memasyarakatkan herpetologi kepada kaum muda Indonesia, serta kontribusi signifikan beliau terhadap pengungkapan keanekaragaman dan konservasi herpetofauna Indonesia,” pungkas Riyanto. [gn]
Discussion about this post