PRANALA.CO, Bontang – Meninggalnya Adi Darma, Calon Wali Kota Bontang menambah deretan peserta pilkada di Kaltim yang wafat.
Hanya berselang 10 hari dua kandidat kepala daerah di Kaltim tutup usia. Pertama Bupati Muharram dari Kabupaten Berau pada 22 September dan kedua Adi Darma dari Bontang pada 1 Oktober 2020. Penyebabnya virus corona atau COVID-19. Wabah ini memang menuntut waspada.
Sejatinya Adi Darma bakal maju ke Pilwali Bontang 2020 berpasangan dengan Basri Rase. Sementara Muharram bersanding dengan Gamalis di Pilbup Berau. Namun takdir berkata lain. Keduanya mangkat direnggut corona. Meski demikian perjuangan kedua kandidat tetap dilanjutkan keluarga demi amanah.
Sementara itu, calon kepala daerah lain yang juga terkonfirmasi corona adalah Pelaksana tugas Bupati Kutim Kasmidi Bulang. Terkonfirmasi positif COVID-19 pada 5 September 2020. Dia juga merupakan calon wakil bupati Kutim sekaligus wakil bupati petahana. Kasmidi diketahui terkonfirmasi positif ketika masa pendaftaran.
Dia sembuh setelah 10 hari karantina sedangkan calon kepala daerah yang keempat terjangkit COVID-19 adalah Uce Prasetyo. Dia juga merupakan calon wakil bupati dari Kutai Timur. Terkonfirmasi positif hari ini. Dengan demikian ada empat kandidat kepala daerah/wakil kepala daerah tertular corona. Dua di antaranya tutup usia.
Diketahui, Calon Wali Kota Bontang, Kalimantan Timur di Pilkada 2020, Adi Darma meninggal dunia pada Kamis (1/10) setelah beberapa hari menjalani perawatan sebagai pasien positif virus corona (Covid-19). Selama ini dia dirawat di RSUD Taman Husada, Bontang hingga wafat.
“Iya Pak Adi Darma meninggal dunia tadi pukul 11.40 Wita karena terinfeksi virus corona,” ujar Direktur RSUD Taman Husada Bontang, dr I Gusti Made Suardika, Kamis (1/10/2020).
Sejauh ini, Gusti belum bisa membeberkan penyakit bawaan atau kormobid Wali Kota Bontang periode 2011-2016 tersebut. “Nanti ada keterangan resmi saat di rumah sakit,” kata Gusti.
Adi Darma diketahui mulai mengalami gejala virus corona pada 23 September. Sehari kemudian, yakni 24 September, dia dinyatakan positif Covid-19 oleh gugus tugas setempat.
Setelah itu Adi Darma dirawat di RSUD Taman Husada Bontang. Adi Darma tak bisa hadir pada tahapan Pilkada pengambilan nomor urut di KPU Kota Bontang pada 24 September.
Saat itu pasangan Adi Darma yakni Basri Rase hadir sendirian dalam pengambilan nomor dan mendapatkan nomor urut 1 pada Pilkada Bontang 2020 dari dua pasang calon yang bersaing. Pasangan Adi Darma-Basri Rase maju di Pilkada Bontang berbekal dukungan dari PDIP dan PKB dengan jumlah 5 kursi di DPRD setempat.
Terpisah, dr.Nathaniel Tandirogang, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim menilai pelaksaan Pilkada di tengah wabah Corona sangat berisiko. Akan banyak yang terpapar, kecuali KPU bisa menjamin ketat dengan protokol kesehatan.
Perlu diingat, kata dia, virus corona paling cepat menyebar lewat kerumunan. Itulah yang menjadi alasan klaster pilkada bisa saja terbentuk kapan saja. Belum lagi saat ini, masa kampanye kandidat di sembilan kabupaten/kota Kaltim telah dimulai. Lantaran berisiko tinggi, pemerintah harusnya mulai sadar kemudian mengkaji ulang jika pesta demokrasi lima tahun sekali ini dihelat atau tidak.
“Bila memang tak bisa ditunda, kami wanti-wanti saat protokol kesehatan. Jangan ada kampanye offline atau tatap muka. Sebaiknya virtual saja. Dan saat pencoblosan tak lebih dari 20 orang,” pintanya.
Nathaniel menambahkan, persoalan lain yang mesti dapat perhatian ialah, jika pilkada tetap dilanjutkan berapa banyak warga yang datang mencoblos. Sebab saat ini situasinya belum terkendali maksimal. Wabah corona masih meneror. Itu artinya kualitas demokrasi bisa turun karena tak ada yang berpartisipasi dalam pilkada alias golput. Perhelatan ini juga seolah memaksa para kandidat untuk memaksimalkan dirinya, sementara virus terus mengancam.
“Kasihan kan orang potensial (calon kepala daerah) dengan kapasitas luar biasa terpaksa tumbang satu per satu karena corona. Jadi memang sebaiknya ditunda dari sisi kesehatan,” pungkasnya. (*)
Pewarta: Junaidi
Discussion about this post